September 14, 2013

[Review] The Croods (2013)


Film animasi buatan salah satu studio animasi terbesar di Hollywood ini akan membawa kita menyusuri keindahan kehidupan jaman prasejarah. Kali ini tokoh utamanya bukan hewan-hewan purba yang bisa berbicara tetapi sebuah keluarga manusia gua. Bisa berbicara juga? Ya iya, namanya juga film kalo mereka gak bisa berbicara masak iya sepanjang film pake bahasa tubuh. Atau malah bahasa purba? "HO HAH HO HAH" Yakali, kasian ntar yang bikin subtitlenya. Jika sebelumnya kamu mengingat serial animasi yang bercerita tentang manusia gua melalui The Flinstones, The Croods merupakan sajian yang lebih berwarna dan menyenangkan. Dan juga faktanya, film ini merupakan film animasi terlaris tahun 2013 sementara ini mengungguli Despicable Me 2 dan Monsters University dengan perolehan pendapatan kira-kira 581 juta dollar. Dibawah naungan duo sutradara, Kirk DeMicco dan Chris Sanders (How to Train Your Dragon) melalui The Croods, DreamWorks mampu menunjukkan kepada rival besar mereka, Pixar bahwa kualitas yang mereka sajikan akan terus membaik.

The Croods adalah sebuah keluarga manusia gua yang kebetulan hanya satu-satunya yang masih  bertahan terdiri dari sang ayah, Grug (Nicolas cage); ibu, Ugga (Catherine Keener); putri tertua, Eep (Emma Stone), putra kedua, Thunk (Clark Duke); bayi perempuan, Sandy (Randy Thorm); serta sang nenek, Gran (Cloris Leachman) yang kesehariannya menghabiskan waktu di gua. Hal itu disebabkan atas perintah Grug yang selalu mengingatkan anggota keluarganya jangan pernah sesekali berkeliaran di luar. Grug juga selalu berpendapat bahwa hal-hal yang baru bisa membunuh mereka. Tentu saja yang namanya anak tak bisa menuruti perintah begitu saja, suatu malam Eep berkeliaran ke luar gua karena penasaran akan cahaya meisterius dan bertemu dengan pemuda bernama Guy (Ryan Reynolds). Guy bercerita kepada Eep bahwa dunia yang mereka tinggali tidak lama lagi akan hancur. Hal itu tidaklah omong kosong belaka karena goncangan bumi, gua yang ditinggali keluarga The Croods hancur dan mereka terpaksa menuju dunia luar yang penuh bahaya. 

Premis mengenai kehidupan prasejarah memang selalu terlihat menarik. Karena banyak sekali hal-hal yang belum dieksplore. Lihat saja serial televisi The Flinstones (1960 - 1966) dan juga film-film macam The Land Before Time (1988) dan Ice Age (2002) yang melakukannya lebih dulu. The Croods dibangun cukup kreatif karena memakai sudut pandang baru. Kali ini tidak menggunakan karakter hewan yang bisa berbicara, bahkan sosok monsters yang sudah mendunia yakni Dinosaurus pun tak terlihat disini. DreamWorks mampu memaksimalkan visualnya. Bagaimana sebuah dunia prasejarah begitu menarik untuk disimak karena penuh dengan keragaman mahkluk hidup yang unik nan imaginatif. Sebenarnya banyak hal yang sekiranya aneh dan tak masuk akal dalam film ini, yah tapi tak usah diambil pusing. Katakan saja bahwa DreamWorks berhasil mewujudkan fantasi-fantasi penonton. Alurnya pun terlihat begitu cepat, tetapi untungnya tidak merusak keseluruhan film. Ada adegan perkenalan di awal film, Breakfast Time yang cukup mencuri perhatian saya. 

Sebenarnya konflik yang dialami keluarga The Croods seringkali kita temui di dunia nyata, seperti seorang ayah yang terlalu protektif pada keluarganya, seorang anak yang ingin mencari kebebasan, hingga seorang menantu yang ingin mertuanya kenapa-kenapa. Semuanya dibungkus dalam sajian komedi slapstick yang lucu. Oya jangan lupa bertepuk tangan kepada jajaran departemen pengisi suara. Nicholas Cage berhasil menunjukkan suara wibawa seorang ayah dari sosok Grug. Saya sendiri sempet sebel juga melihat ayah yang begitu protektif seperti itu. Suara serak khas Emma Stone yang mengisi Eep sungguh menyenangkan untuk didengar. Eksekusi yang bagus untuk menunjukkan sosok perempuan yang pemberontak tetapi masih terlihat seksi. Pun Ryan Reynolds yang mengisi Guy cukup meyakinkan sebagai pemuda yang haus akan petualangan. Pada akhirnya walaupun hanya sebuah film, The Croods mampu memberikan pesan moral yang cukup mengena bagi penonton. Film yang mampu membangkitkan sisi emosional dari sebuah keluarga, juga menyajikan berbagai momen-momen mengharukan yang begitu manis. Saya pun tak sabar untuk menanti sekuelnya yang katanya sudah direncanakan untuk dibuat.

No comments:

Post a Comment