December 27, 2013

[Review] Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013)


"Sejauh-jauhnya kita tersesat, pada kebenaranlah akhirnya kita akan kembali." - Bang Muluk

Pasca kesuksesan film-film Indonesia hasil dari adaptasi karya tulis, kali ini sang sutradara sekaligus produser Sunil Soraya mencoba peruntungan dengan mengadaptasi dari sebuah hikayat dari penulis ternama Indonesia tahun 1930an, Buya Hamka. Penulis hikayat yang mempunyai nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah itu telah melahirkan banyak karya-karya besar, salah satunya pernah diangkat ke dalam layar lebar yaitu Di Bawah Lindungan Ka'bah yang disutradari oleh Hanny R. Saputra. Sebelumnya beredar luas di social media, bahwa Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dituding banyak pihak karena terinspirasi dari film Hollywood, The Great Gatsby dan Titanic. Dan setelah saya menyaksikannya sendiri, dengan unsur yang kental akan budaya Minangkabau-nya, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck mempunyai kekuatan sendiri serta memiliki batas perbedaan yang jelas. Toh kabarnya, kapal uap Belanda tersebut dikabarkan benar-benar tenggelam di perairan Nusantara pada tahun 1936 yang tentu menjadi simbol dari banyak pemikiran.

December 22, 2013

Happy Mother's Day


Setiap hari adalah hari Ibu. Begitulah yang selalu terucap ketika hari Ibu tanggal 22 Desember. Pertanyaannya adalah apakah di setiap hari itu kamu sudah bersikap layaknya hari Ibu? Mungkin hanya sedikit yang melakukan hal serupa. Tak ada salahnya bukan di hari spesial ini kamu menyempatkan waktu sebentar saja bersama Ibu. Saya tak akan bertele-tele dengan kata-kata klise mengenai hari Ibu. Yang jelas dari sekian banyak kegiatan yang bisa dilakukan, mungkin nonton film merupakan pilihan yang tepat. Karena selain bisa dinikmati bersama sebagai media hiburan, pesan-pesan dalam sebuah film juga kadang mengajarkan banyak hal. Di postingan kali ini saya mencoba menawarkan beberapa film yang berkisah tentang Ibu. Karena keterbatasan saya, tak semua bisa saya tampilkan. Adapun film yang menurutmu cocok dengan tema Ibu (selain yang saya tampilkan disini) bisa di-share di comment box. :)

December 17, 2013

[Don't Miss This Movie] The Wedding Singer (1998)


The Wedding Singer memperkenalkan kita kepada karakter Robbie Hart (Adam Sandler), pekerjaannya sebagai penyanyi di acara pernikahan yang malangnya baru saja ditinggalkan oleh calon pengantinnya. Patah hati itu pasti dan kemudian menghantuinya. Robbie Hart mempunyai teman perempuan, Julia Sullivan (Drew Barrymore) seorang waiter yang rencananya akan menikah dengan Glenn Guglia (Matthew Glave), yang ternyata seorang playboy. Robbie yang mengetahui hal ini, merasa cemburu dan tidak suka dengan Glenn. Padahal Julia diam-diam juga menyukai Robbie. Memang cinta yang rumit, namun karena banyak kesalahpahaman akhirnya membuat Julia untuk melangsungkan pernikahan bersama Glenn di Las Vegas. Tentu saja Robbie yang akhirnya sadar kemudian mengejar Julia untuk mengungkapkan perasaannya.

December 15, 2013

The Premiere Solo Paragon


"Pertama kali di Jawa Tengah"

Begitulah tagline bioskop XXI terbaru yang berlokasi di Solo Paragon lantai 1 bernama The Premiere. Tentu, saya dan mungkin hampir semua orang di Solo yang tak tanggung-tanggung untuk menghabiskan waktunya untuk nonton film begitu antusias sekali. Apalagi bagi mereka yang mengejar tayang premiere, teater ini sangat disarankan untuk dicicipi. The Premiere sendiri merupakan zona khusus (((ZONA))) di XXI Solo Paragon. Kenapa disebut zona, karena mempunyai lounge sendiri. Jadi semacam dipisahkan dari teater reguler. Jadi melihat gambar di atas, letaknya di bagian kanan bawah itu, sampingnya concessions. Kebetulan hari Jumat, 13 Desember 2013, The Hobbit: The Desolation Smaug tayang premiere di Indonesia, inilah saat yang tepat untuk menjajal The Premiere. JENG JENG!

December 13, 2013

[Review] The Hobbit: The Desolation of Smaug [2013]


"I'am the Fire. I'am King Under the Mountain!" - Smaug

Ada banyak dongeng klasik mengenai seorang pangeran melawan seekor naga demi mendapat emas, entah itu dari hadiah sayembara ataupun harta karun yang dijaga naga itu. Pada intinya yang tertuang pada novel fiksi karya J.R.R Tolkien tidak jauh dengan hal tersebut. Hanya saja tidak ada pangeran disini, diganti dengan Hobbit kecil nan pemberani. Saya pribadi termasuk yang sudah membaca novelnya dan takjub dengan kejeniusan sang sineas yang membagi novel setebal 300 halaman ini menjadi tiga film dengan durasi masing-masing lebih dari dua jam. Sudah barang tentu The Hobbit dinahkodai sineas yang tepat, iya, sineas yang sudah mendarahdaging dengan seluk beluk Middle Earth, dan juga sineas yang mampu membawa The Lord of The Rings: Return of The King (2003) memboyong 11 Piala Oscar. Tentu saja sang sineas itu adalah Peter Jackson. Pada awalnya, Peter Jackson membagi film ini menjadi dua bagian saja, tapi kemudian menjadi tiga film guna pengembangan tokoh dan peristiwa yang dalam novel aslinya hanya disinggung sedikit. Bahkan sineas juga menciptakan tokoh-tokoh baru yang tidak disebutkan dalam novelnya. Hal itu merupakan langkah yang tepat karena The Hobbit sendiri bersetting sebelum kisah di The Lord of The Rings sehingga kesinambungan ceritanya lebih memudahkan untuk diikuti.