October 31, 2013

[Review] Thor: The Dark World (2013)


Dewa berpalu petir kali ini kembali lagi dalam sekuel teranyarnya dengan sub judul The Dark World. Satu lagi film dibawah naungan bendera Marvel untuk menuju proyek terbesarnya The Avengers: Age of Ultron yang rencananya akan rilis musim panas 2015. Sudah barang tentu film ini tidak menampilkan Manusia Besi, Monster Hijau, Pahlawan Bertameng, Pemanah Ulung, dan teman-temannya karena memang difokuskan pada petualangan sang Dewa. Tongkat estafet penyutradaraan dipegang oleh Alan Taylor, sang sineas asal Amerika yang lebih sering menggarap beberapa episode dari serial TV sukses (Mad Men, Lost, Rome, Game of Thrones). Dilihat dari riwayat filmnya, sang sineas baru pertama kali ini menahkodai film superhero. Tetapi kelihatannya, Taylor mampu meneruskan kesuksesan jalinan cerita yang telah dibangun oleh Joss Whedon. Lantas dengan adanya sub judul The Dark World tidak serta merta membuat film ini menjadi 'dark' ala Nolan dalam trilogi The Dark Knight-nya. Justru pembuat film melakukan hal yang tepat karena bermain aman dengan tetap mempertahankan cita rasa film pendahulunya dengan beberapa tambahan yang lebih menyenangkan.

October 22, 2013

[Review] Mesakke Bangsaku SOLO



Mesakke Bangsaku. Ini bukanlah sebuah acara seminar negarawan, atau pidato dari petinggi pemerintah, atau bahkan seminar MLM bukan, sekali lagi bukan. Mesakke Bangsaku adalah stand up comedy spesial dari Pandji Pragiwaksono (@pandji) yang ketiga setelah Bhinneka Tunggal Tawa dan Merdeka Dalam Bercanda. Mesakke Bangsaku diselenggarakan pada tanggal 21 Desember 2013 di Teater Jakarta. Mesakke Bangsaku juga merupakan sebuah tur stand up comedy @pandji di beberapa kota di Indonesia yang mendapat dukungan penuh dari @smartfrenworld , salah satu provider yang memang konsisten dalam mendukung kesenian ini sejak stand up comedy meledak di Indonesia, dan beruntung sekali, sebuah kota kecil dimana saya tinggal yakni Solo juga kebagian jatah. Mesakke Bangsaku Solo sendiri diadakan kemarin Sabtu, tanggal 19 Oktober 2013 di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah. Saya yang gemar sekali menonton acara stand up comedy begitu antusias akan pertunjukkan ini. Apalagi @pandji juga baru pertama kali di Solo menyelenggarakan stand up comedy show. Tentu saja saya akan menyesal jika melewatkan Mesakke Bangsaku Solo.

October 13, 2013

[Review] Beautiful Creatures (2013)


Ya ya ya, sudah seringkali kita lihat pengganti saga Twilight menghiasi layar lebar belakangan ini. Entah, sebagian besar gagal di box office dan kurang mendapat perhatian baik dari kalangan kritikus maupun penontonnya. Kali ini Hollywood mencoba untuk menggantungkan nasibnya pada Beautiful Creatures yang menawarkan premis tidak jauh berbeda tentang dua sejoli yang sedang jatuh cinta. Sudah barang tentu mereka berada di dunia berbeda. Manusia dan ya, di film ini mereka menyebutnya Caster, semacam penyihir yang mempunyai kekuatan sangat besar. Beautiful Creatures juga diadaptasi dari novel berjudul sama yang juga merupakan bagian pertama dari seri novel Caster Chronicles karya duo penulis asal Amerika Serikat, Kami Garcia dan Margareth Stohl. Saya memposisikan diri sebagai penonton yang netral kala menikmati film ini. Toh saya juga tidak begitu ngefans sekali dengan saga Twilight, jadi jikapun Beautiful Creatures dikatakan ikut-ikutan, tak ada alasan saya bagi saya untuk membenci filmnya. Hanya saja, mari kita lihat bagaimana eksekusinya.

October 10, 2013

[Review] Manusia Setengah Salmon (2013)


"Kalo kita mau pindah ke tempat yang baru kita juga harus siap...
untuk meninggalkan yang lama." - Mama Dika

Sukses dengan Cinta Brontosaurus dan Cinta Dalam Kardus, Raditya Dika kembali hadir dalam film teranyarnya yang juga diadaptasi dari buku yang dia tulis sendiri dengan judul yang sama, Manusia Setengah Salmon. Saya sendiri juga membaca bukunya dan sukses sekali membuat saya terbahak-bahak. Tentu saja, melihat Manusia Setengah Salmon difilmkan, saya begitu antusias. Beda dengan Cinta Brontosaurus yang filmnya bukan berdasarkan isi dari bukunya melainkan kisah perjalanan karir Raditya Dika dengan Cinta Brontosaurusnya. Manusia Setengah Salmon menceritakan isi dari bukunya. Tapi tak usah khawatir, bagi kamu yang belom membaca juga masih bisa menikmatinya kok. Saya sendiri begitu takjub dengan Miko, eh maksud saya Raditya Dika karena hanya selang beberapa bulan saja sudah menayangkan film baru. Hal ini semakin membuktikan kualitas Raditya Dika yang tidak hanya sebagai penulis, creativepreneur, stand up comedian, scriptwriter, tetapi juga penampilan dalam beraktingnya yang semakin meningkat. Jadi apakah penikmat buku Manusia Setengah Salmon seperti saya bisa terhibur dengan filmnya? Mari kita lihat.

October 09, 2013

[Review] Prisoners (2013)


Kehilangan memang sesuatu yang menyakitkan. Bahkan saya yakin hampir semua orang tidak suka dengan perihal kehilangan. Tak ada mimpi buruk yang lebih buruk bagi sepasang orang tua yang kehilangan anaknya. Hal itulah yang menjadi premis dalam Prisoners, sebuah film arahan sang sineas asal Kanada, Denis Villeneuve yang juga berhasil mengantarkan film sebelumnya, Incendies (2010) masuk dalam nominasi Oscar kategori Best Foreign Language. Sayangnya kalah oleh In a Better World-nya Denmark. Memasang dua wajah utama aktor dengan nama besar, Hugh Jackman dan Jake Gyllenhaal serta deretan nama-nama besar lainnya seperti Viola Davis, Terrence Howard, Maria Bello, Melissa Leo, Paul Dano yang turut menghiasi poster filmnya mungkin akan menjadi daya tarik yang kuat. Apalagi saya belom pernah sebelumnya melihat aktor yang kerap sekali dikenal sebagai Wolverine ini memerankan karakter seorang ayah. Yah, menjadi sebuah kesenangan sendiri bagi fans yang ingin melihat Hugh Jackman tampil berbeda.

October 06, 2013

[Review] Gravity (2013)


Musim gugur telah tiba, and you know what? Katakan selamat datang kepada film-film nominasi Oscar yang akan menghiasi layar lebar hingga akhir tahun. Selain Harry Potter: The Prisoner of Azkaban saya belom pernah menonton karya Alfonso Cuaron, bahkan Children of Men yang begitu fenomenal saya belom sempat. Sutradara yang belakangan ini nyaris tak terdengar kabarnya, ternyata menghabiskan sekitar empat setengah tahun untuk menggarap proyek Gravity ini, dua setengah tahunnya untuk setting-nya saja. Dan tentu saja, dengan rentang waktu yang tidak sebentar, juga bongkar pasang jajaran cast berkali-kali, eksekusinya begitu memuaskan dan memang pantas untuk dinominasikan dalam ajang piala botak emas. Siapa sangka, dengan ide dan setting sederhana, pun dengan durasi yang bergulir sekitar satu setengah jam, dan juga hanya menghadirkan dua pemeran utama, bisa menjadi karya yang begitu emosional, indah, dan brilliant. Sepertinya untuk menulis review ini, saya harus berhati-hati agar tidak terlalu meninggikan. Intinya, sebagai pembuka film-film nominasi Oscar, Gravity bisa tampil dengan membusungkan dada.