Musim gugur telah tiba, and you know what? Katakan selamat datang kepada film-film nominasi Oscar yang akan menghiasi layar lebar hingga akhir tahun. Selain Harry Potter: The Prisoner of Azkaban saya belom pernah menonton karya Alfonso Cuaron, bahkan Children of Men yang begitu fenomenal saya belom sempat. Sutradara yang belakangan ini nyaris tak terdengar kabarnya, ternyata menghabiskan sekitar empat setengah tahun untuk menggarap proyek Gravity ini, dua setengah tahunnya untuk setting-nya saja. Dan tentu saja, dengan rentang waktu yang tidak sebentar, juga bongkar pasang jajaran cast berkali-kali, eksekusinya begitu memuaskan dan memang pantas untuk dinominasikan dalam ajang piala botak emas. Siapa sangka, dengan ide dan setting sederhana, pun dengan durasi yang bergulir sekitar satu setengah jam, dan juga hanya menghadirkan dua pemeran utama, bisa menjadi karya yang begitu emosional, indah, dan brilliant. Sepertinya untuk menulis review ini, saya harus berhati-hati agar tidak terlalu meninggikan. Intinya, sebagai pembuka film-film nominasi Oscar, Gravity bisa tampil dengan membusungkan dada.
Melalui sebuah film, penonton bisa merasakan berada di tempat-tempat yang sulit mereka jangkau. Gravity mengajak penonton untuk ikut merasakan bagaimana menjadi astronot dan fyi aja, tidak ada adegan mencorat-coret tembok dengan pylox di film ini. Gravity memperkenalkan kita kepada Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock), seorang biomedis yang menjalankan misi pertamanya di luar angkasa. Ditemani astronot veteran, Matt Kowalski (George Clooney), Dr. Stone harus melakukan perbaikan dan perawatan rutin pada satelit. Memang tugas yang tidak mudah, apalagi ditambah bencana diluar perkiraan mereka. Ketika proses perbaikan masih berlangsung, Mission Control yang mereka sebut Houston melaporkan bahwa Rusia mencoba menghancurkan stasiun miliknya dengan cara menembakkan rudal. Hal tersebut berdampak dengan menyisakan puing-puing yang bertebaran dengan kecepatan tinggi di luar angkasa. Nah, puing-puing tersebut ikut menghancurkan kapal luar angkasa milik Dr. Stone dan Matt sehingga mereka harus bertahan hidup di luar angkasa dengan kantung oksigen yang semakin menipis.
Setting cerita di luar angkasa memang sangat sangat luas, tetapi Alfonso Cuaron bisa begitu sederhana menyulapnya menjadi sajian yang tak begitu saja dilupakan. Tak ada alien atau spaceship yang megah yang bisa kamu temukan di sini. Hanya dua orang astronot malang terkatung-katung untuk bisa bertahan hidup. Sungguh terlihat nyata di Gravity, tak ada yang terlalu dibuat-buat, semuanya mengalir begitu cepat, bahkan ketegangan yang dihasilkan semakin bertahap. Gila memang Alfonso, menonton Gravity layaknya berlari, ngos-ngosan sepanjang film. Gravity sukses mengintimidasi saya, perasaan saya seakan seperti ditarik kemudian diulur kembali berulang-ulang. Saya hampir susah untuk mengatur nafas. Apalagi scoring detak jantung itu sangat mendukung dalam membangun suasana. Semuanya menjadi semakin menarik dengan indahnya tata visual yang disajikan. Ditambah arahan sinematografi jempolan, Emmanuel Lubezki yang berhasil menangkap sudut-sudut cantik Bumi dari luar angkasa. Kerja keras yang terbayarkan bagi Alfonso Cuaron karena mampu memberikan pendekatan yang realistis tentang kehidupan astronot.
Sandra Bullock meminggul tugas yang cukup berat karena memegang penuh sisi emosional dalam film ini. Dan ya, Bullock berhasil melakukan tugas itu. Bullock berhasil memberikan penonton tentang gambaran seseorang yang nyaris berhenti berjuang mempertahankan hidupnya. Dengan masa lalu yang kelam, dan segala kehilangan yang dia alami, Bullock berhasil menyentuh perasaan penonton dan sedikit menyentil tentang sisi spritual. Lalu bagaimana dengan George Clooney? Aktor yang sukses dengan Oceans Trilogy tersebut sudah barang tentu dalam performa terbaiknya. Terlihat berwibawa namun mampu memainkan unsur komedi di tengah-tengah ketegangan. Alfonso Cuaron bersama sang putra, Jonas Cuaron yang menulis naskah memang pintar dalam mewarnai cerita sehingga tak ada kebosanan yang dialami, melalui Gravity penonton mendapatkan pengalaman luar biasa dan berhasil membius penonton untuk selalu terpaku dari awal hingga akhir film. Gravity dihiasi banyak sekali long take (scene yang menghindari terlalu banyak pengeditan) yang sangat menawan. Terakhir kalinya, Gravity adalah sebuah mahakarya dari sutradara jenius yang tidak begitu saja kamu lewatkan, apalagi bagi kamu yang tidak hanya sekedar mencari hiburan saja dalam menonton film.
No comments:
Post a Comment