February 25, 2012

Dua Saya yang Aneh bagi Seorang Pria

Oke tunggu yak jangan salah paham. Saya tahu apa yang ada di pikiran kalian. Jadi cukup!! Saya tidak seperti yang kalian bayangkan *oposih.

Ya memang setiap pria pasti mempunyai keistimewaan masing-masing. Tapi yang saya bicarakan sekarang bukan keistimewaan tapi malah justru keanehan. Nah lo? Aneh kan? Judulnya aja aneh -,-". Jadi intinya saya terlahir sebagai pria tulen, tulen disini bukan berarti batu kalen, ataupun satu lento. Oke bukan, tulen disini adalah pria yang normal. Bukan kewanita-wanitaan, atau (amit amit) GAY!! Saya tulen dan saya normal. Tapi di dalam diri saya, saya mempunyai beberapa alergi yang mungkin bagi semua pria itu akan bilang begini,"Wah opo lanangan kok wedi karo koyo ngono." Tapi saya orangnya woles. Memang inilah saya, dan buat apa memunafiki apa yang ada dalam diri sendiri. Yak berikut dua alergi saya.

1. Asap Rokok

Oke cukup plis!! Saya tahu apa yang kalian pikirkan!! Jadi berhenti memisuhi saya, oke?? Kita woles disini men. Sudah setahun yang lalu saya terakhir kali merokok. Saya berhenti merokok awalnya sih cuman coba-coba (kayak di iklan) -,-". Saya berhenti merokok karena berbagai alasan. Yang pertama terletak pada biaya, yah tidak bisa dipungkiri lagi deh memang ngerokok itu mahal kalo diitung-itung. Yang kedua karena berbagai macam penyakit yang diakibatkan karena merokok. Saya bukan orang kaya yang sanggup membiayai penyakit kanker, serangan jantung, dan impotensi. Dan masih banyak lagi alesan-alesan yang bisa saya tulis, tapi saya males nulisnyaa karena panjang. Nah dalam masa-masa saya berhenti merokok itulah yang membuat saya jadi alergi dengan asap rokok sekarang. Yah kelak mungkin di setiap tempat di seluruh dunia akan bertuliskan "No Smoking". Jadi setelah mendengarkan alasan saya, apakah kalian masih berpikir sama? Oh masih? Yaudah. Oke.

2. Hewan ini
 

Ayolah, sudahlah. Kita disini sama-sama woles. Cukup dan berhenti mentertawai saya. Saya sudah sering ditertawakan waktu open mic. Tapi berhentilah sekarang, oke?? Beberapa dari pria pasti menganggap hewan ini lemah atau bahkan malah ada yang menganggap ini lucu. Tapi cukup!! Bullshit semua!! Di dalam hewan ini,  kalian tidak akan pernah tahu bahwa mengerikan sekali hewan ini. bayangkan, dia bisa merayap melalui tembok dan bisa menempel di langit-langit. bahkan lidahnya yang panjang, hiiiii. Kenapa dari tadi saya menyebut hewan ini, karena mendengar namanya saja saya sudah alergi. Hewan yang termasuk dalam keluarga naga ini tidak kelihatan keren dan garang, tapi kenyal-kenyal menggelikan. Jadi kalian pasti bertanya kok bisa pria tulen dan normal bisa takut sama hewan ini. Jadi jawaban saya adalah saya sendiri juga tidak tahu dan ini sungguh-sungguh mengesalkan. Entah kenapa kalo deket hewan ini terasa ada sesuatu yang besar akan mengancam saya. Oke sudah cukup!! Saya memang lebay!! Jadi intinya saya alergi dengan hewan ini dan titik.

Oke, jadi bagaimana pendapat kalian? Apakah saya masih bisa dibilang pria? Yah meskipun kalian sebut saya wanita pun juga tidak akan mungkin kelamin saya tiba-tiba berubah. Jadi sip yak? Tidak ada dendam? Oke? Woles nih saya orangnya.

Open Mic #JumatKumat 19

Hari Jumat tanggal 24 Februari kemaren. Saya mencoba untuk open mic lagi yang keberapa saya lupa dan saya mencoba materi-materi baru. Saya memang sering membawakan materi yang berbau agama, tapi ada beberapa materi di open mic ini yang tiba-tiba spontan saya keluarkan tapi bukan "uhuyyyy". kalo itu mah komeng (.____.)
Yak, silahkan dilihat open mic saya. Woles aja yaa lihatnyaa :)


February 18, 2012

Luar Biasa

"Beberapa teman terlihat biasa dari luar, tapi ketika mengenalnya lebih dalam akan terlihat keluarbiasaannya." - Tweeted from Feb 18, 2011


Seperti kebanyakan orang, di kesan pertama saya selalu melihat seseorang itu dari penampilan luarnya dan bisa menghakimi bahwa dia tidak lebih bagus dari saya. Itu kesan pertama. Ya, memang, saya terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan.


Baru-baru ini saya sadar dan sangat sadar. 18 Tahun ini saya hidup di Dunia yang sangat sangat sangat sempit. Saya mempunyai beberapa teman-teman yang baru, seperti hal di awal tadi saya melihat mereka pada kesan pertama saja dan oke saya bisa menilainya. Tapi yang saya lakukan benar-benar fatal. Ketika baru beberapa bulan saja kita berteman dan saling mengobrol tentang banyak hal, saya dikejutkan oleh diri mereka yang sangat luar biasa. Suatu hal yang bahkan tidak mungkin saya temukan di buku-buku pengetahuan manapun, suatu hal yang tidak mungkin dapat diambil dari jaringan internet.


Seperti kata pepatah lama, "Janganlah menilai seseorang dari penampilan luar." Saya belajar banyak hal dari teman-teman saya, dan bisa menjadikan saya menuju kedewasaan. Selama ini memang pikiran saya begitu sempit yang hanya bangun-kuliah-pulang-makan-tidur dan begitu seterusnya, padahal masih banyak hal-hal hebat diluar sana yang menunggu kita. 


Jadi mumpung umur kita masih produktif, carilah teman-teman sebanyak-banyaknya jangan hanya bergerumul dalam satu grup saja. Karena setiap individu suatu saat pasti akan menunjukkan keluarbiasaannya diri mereka.


Everybody that I know is my friend and you're incredible.

February 14, 2012

Stand Up Comedy PURWOKERTO

Sabtu kemaren tanggal 11 Februari saya bersama teman-teman @StandUpSOLO yaitu Derry, Wawan, Bona dan Selpa menuju ke Purwokerto. Bukan tujuan kami liburan, bukan juga mencari kimcil, oke? Karena kimcil itu bukan dicari tapi disewa *eh. Tapi lupakan, kami datang ke Purwokerto karena diundang oleh @StandUpPWT , itung-itung juga mencari pengalaman karena sebelumnya saya belom pernah ke Purwokerto *ehemm.

Setelah kira-kira enam jam perjalanan dari Stasiun Purwosari, akhirnya nyampe juga di Purwokerto. Asik gila bor ni orang, tiba-tiba aja udah dijemput anak-anak dari @StandUpPWT. Gag cuman itu juga kita diajak muter-muter Purwokerto. Gag woles banget nih, belom mandi baru nyampe hotel ngeletakin barang-barang kita diajak ke Blasta Cafe yaitu tempat kita open mic besoknya, yah lumayanlah tempatnya mana harganya MURAH BANGETTT !!! Di Solo gag ada Cafe semurah itu, dan makanannya juga enak-enak bor. Setelah itu cuus lagi ke CHEERS , tempat pertama mereka ngadain Stand Up Nite 1. Setelah tiba, saya terkejut karena tempat mereka ngadain Stand Up Nite 1 adalah tempat jedug-jedug alias tempat buat orang ntapke ndase ning tembok, eh salah maksudnya tempat dugem. Oke, kali ini SOLO kalah. Boro-boro dapet tempat dugem, tempat cafe yang murah dan strategis aja gag ada uang mo nawarin T.T Setelah itu iseng-iseng nih saya tanya ke temen Purwokerto,"Mas, di Purwokerto tempat kayak RRI namanya apa ya?". Dijawab oleh salah satu dari mereka,"Namanya Rajawali, mau dianterin kesana?" Dan karena naluri saya sebagai cowo otomatis saya menjawab ya tanpa berpikir panjang bor, langsung deh cus ke tempat yang bernama Rajawali. Tapi eh tapi, saya baru sadar kenapa Rajawali namanya karena ketika disana saya memang melihat wanita, tetapi setelah dibuka bawahannya memang Rajawali yang keluar bukan burung emprit lagi. Yeaaah It's True!!! Itu tempatnya banci-banci yang mangkal. FAK MENNN!!! Saya ditipu mentah-mentah sumpah, mana Pakde katanya mo bayarin lagi. Sumpah amit-amit deh, saya gag mau pulang-pulang nanti kena RAJASINGA.

Oke hari berikutnya berjalan seperti biasa sampe kita bersemayam eh singgah di rumah Pakde. Waktu itu keadaan Bona sedang sekarat, dia demam abiss. Tapi yah akhirnya dia bisa cukup istirahat dirumah Pakde, gag lucu banget donk kalo dia tiba-tiba pingsan. Siapa yang mau nggendong orang yang seberat 150kg coba. Kita menghabiskan waktu bermain UNO. Waktu itu Pakde belomtahu tata cara permainannya sampe kita ajarin, dan memang asik seasik-asiknya karena kita orang bisa ngibulin Pakde. Hehehe, piss banget ya Pakde :p

Daaaannn malam tiba, saatnya berangkat menuju Blasta Cafe. Kita orang mah udah sering open mic tapi tetep aja ngerasa nervous kalo ke tempat-tempat baru. Tapi okelah, kita bisa ngatasin ini. jadi malem itu ada 8 comic Purwokerto dan 4 comic dari Solo. Derry, Selpa, Saya, dan Wawan.









Waktu itu juga ada acara launching @StandUpUMP jadi acaranya seru banget. Comic-comic Purwokerto semuanya keren-keren. Ada salah satu comic yang paling gokil menurut saya adalah Greg yang sekaligus mengungkapkan puisi buatannya. Trus juga ada comic yang masih SMP. Ada juga comic yang menggunakan gitar. Dan open mic terakhir ditutup oleh Wawan dengan spesialis cintanya.

Untuk keseluruhan acara, memang sudah cukup bagus dan meriah. Tim comic-comic Purwokerto saya salut mereka sangat kompak apalagi yang dateng waktu itu sekitaran 20 orang mana katanya ada yang belom dateng lagi, ini suatu hal dari Stand Up SOLO yang gag punya. Dan saya merasa penontonnya belum bisa sepenuhnya tertawa, tapi saya teringat kata Ernest Prakasa. Semua itu dikembalikan kepada individu apakah ada yang kurang dalam diri saya yang membuat penonton masih kurang begitu meriah, mungkin terletak pada pembawaan saya, tapi saya tetap banyak belajar karena berbeda venue, berbeda juga feel yang kita rasakan.

Thank you so much for @StandUpPWT, @StandUpUNSOED, @StandUpUMP :D
Kalian semua asik gilakkk. SALAM RAJAWALI !!!

February 09, 2012

Gojekan

Oke, jadi buat kalian yang belom ngerti gojekan itu apa, saya akan sedikit menjelaskan disini. Padahal saya yakin kalian bisa mencari sendiri di google (seperti yang dilakukan manusia ketika menemukan kata-kata asing -,-"). Gojekan itu berasal dari Bahasa Jawa yang artinya becandaan. Jadi ketika ada beberapa orang ngumpul terus ngobrol-ngobrol asik dan seru pasti tidak lepas dari yang namanya gojekan. Gojekan itu bisa membuat beberapa orang yang belum kenal bisa menjadi akrab, akrab saja loh bukan berarti langsung pacaran (#modus). Gojekan juga bisa mencairkan suasana yang tegang agar tidak selalu tegang (lah terus?).

Nah menurut saya ada beberapa gojekan yang menurut saya sudah tidak perlu lagi dalam umur saya yang mulai dewasa ini (baca=20 tahun).

1. Gojekan Pacokan, ini bukan semacam kue Pacok ataupun aktivitas mempacok, eh maksudnya membacok kali ya. Jadi gojekan yang saya maksud disini adalah becandaan yang menjodoh-jodohkan orang satu dengan orang yang lain tanpa dasar-dasar tertentu. Misalnya saja, si Budi cuman pinjem buku si Ani terus si Joko sedang melihat mereka kemudian si Joko membocor-bocorkan ke temen-temen lain. Jadi ketika si Budi asik nongkrong dengan temen-temen, yang dibahas isinya cuman mencieeee-cieeeekan si Budi dengan Ani. Yah saya pribadi sih tidak bisa menikmati gojekan seperti itu karena itu hanya akan membuat si korban (baca=Budi) merasa tersudut. Dan kita yang tidak mengerti apa-apa hanya berdasarkan cerita si tumbak cucukan (baca=Joko) cuman bisa ikut-ikutan tertawa tanpa tahu kepastian yang terjadi. Dan menurut saya itu tidak asyik sekali, coba deh pikir umur udah 20 tahun tapi masih saja gojekan seperti anak-anak SD, bukankah seharusnya kita sudah melewati masa itu, bukan ? 

2. Gojekan Sepihak, macam gojekan seperti ini melibatkan beberapa orang. Misalnya saja ya ada 9 orang sedang berkumpul, kemudian dua orang dari mereka tiba-tiba tertawa tanpa sebab. Hal seperti itu akan membuat 7 orang lainnya merasa tidak ngerti karena mereka tertawa hanya untuk mereka yang tahu. Gojekan macam ini akan membuat mereka yang tidak tahu merasa tersingkirkan dan tidak nyaman berada dalam perkumpulan itu. Jujur saya pribadi lebih asyik jika dalam perkumpulan membicarakan hal-hal lucu yang umum agar semua orang yang berada dalam perkumpulan itu juga bisa menikmati. Dan meskipun jika ada beberapa gojekan sepihak yang orang lain tidak mengerti alangkah baiknya jika memberitahu mereka juga agar mereka juga ikut tertawa.

Dan saya pribadi baru-baru ini terjun ke dunia Stand Up Comedy, saya bisa tahu apa-apa saja materi gojekan yang tidak diperbolehkan dibicarakan dalam Stand Up Comedy yaitu :

1. Blue Materials, adalah materi yang mencakup kata-kata makian, kata-kata jorok, ataupun hal-hal yang berbau seks, membicarakan lubang alat kelamin dan cairan yang keluar dari lubang tersebut. Meskipun tidak bisa dihindari bahwa materi-materi tersebut malah justru bisa membuat penonton itu tertawa, karena jujur dulu saya pernah membawakan materi seperti kata-kata makian dan membuat suasana pecah. Tapi yang harus diingat dalam membawakan materi-materi seperti itu adalah situasi dan kondisi. Jadi bener-bener harus tahu kebanyakan penonton dewasa atau anak kecil. Tidak sulit bukan bagi seorang dewasa untuk bisa melihat situasi dan kondisinya.

2. SARA, seperti yang kita tahu adalah Suku, Agama, ras, dan Antar Golongan. Menurut saya pribadi, justru malah lebih asyik membicarakan SARA tapi dengan catatan orang yang membicarakannya harus terpaut dalam bagian itu. Misal orang Cina bicara tentang Cina, orang Islam bicara tentang Islam. Karena banyak memang fakta-fakta yang sebenarnya kita canggung untuk mencari tahu kebenarannya. Karena ini masalah opini, boleh donk kalo kita berpendapat bebas dalam hal SARA toh juga yang menanggung pembicara itu sendiri. Karena satu hal yang penting di Indonesia terlalu banyak orang yang lebih menangkap apa yang diucap, dari apa yang dimaksud. Pembicaraan SARA pernah dibawakan waktu itu di Jakarta dan apa yang terjadi justru ketika ada pembicara yang berbicara mengenai Islam justru banyak wanita-wanita berjilbab yang tertawa. Jadi ayolah mulailah kita berpikir luas dan mencoba untuk tidak terlalu sensi.

3. Orang Cacat dan Ibu-ibu Hamil, seperti yang kalian tahu. Orang-orang macam mereka seharusnya butuh perhatian kita dan tidak layak untuk kita bicarakan. Kita tidak bisa membicarakan seorang manusia mulia bernama Ibu yang sedang membawa nyawa manusia dalam perutnya untuk dipakai dalam hal becandaan. Orang-orang cacat apalagi.


Jadi di umur saya yang dewasa ini saya jadi tahu dan bisa berhati-hati dalam hal-hal gojekan di bagian mana bisa membuat kalian suka, dan di bagian mana yang membuat kalian tidak suka. Mungkin memang banyak yang bicara bahwa Stand Up Comedy itu adalah komedi cerdas. Saya bisa mengiyakan dalam hal materi, karena mereka mencari materi dengan cara menganalisa hal-hal disekitar mereka dan tidak dilihat oleh orang lain. Tapi jika cerdas ini diartikan dalam hal level, saya tidak setuju karena tidak mesti macam komedi lain seperti slapstick itu tidak cerdas. Makanya saya amat menghindari macam-macam gojekan pacokan dan sepihak itu karena menurut saya sperti itu tidak cocok dengan pribadi saya.

Mungkin hanya itu yang bisa saya tulis. Sedikit pesan buat saya yang sudah mulai dewasa ini marilah kita belajar sedikit agar tidak terlalu sensi, marilah kita mulai memahami apa yang dimaksud, karena justru ketawa itu bisa menyatukan kita semua dalam perbedaan yang ada. :)

February 04, 2012

Mengapa Stand Up Comedy Harus Bicara SARA ??

T: "Kenapa stand-up comedian suka banget sih ngomong SARA (Suku, Agama, Ras, Adat)?"

J: Jawaban singkatnya: karena perlu.

Versi panjangnya, kita lihat kembali sejarah komedi atau lawak di Indonesia. Komedi di Indonesia ditekan oleh ancaman, "Jangan bicara SARA!" Tawa menjadi mekanisme kendali. Bagaimana bisa?

Coba aja lihat kondisi dulu (mungkin sekarang juga masih). Kalau ada pelawak melucu di depan pejabat, para bawahannya tidak berani ketawa sampai atasan mereka tertawa. Jadi tawa digunakan sebagai alat kendali: tertawalah hanya pada yang saya (sang atasan) izinkan. 

Ini menjadi mekanisme kendali karena dengan begitu, yang ditertawakan adalah yang tidak memiliki kuasa. Atau dalam lingkup sosial, selalu pihak mayoritas menertawakan minoritas. Pihak minoritas bahkan tidak bisa bersuara walau merasakan ketidakadilan.

Dengan sendirinya, ini bisa jadi indikasi: apakah organisasi atau keluarga kita demokratis? Lihat saja dari saat pertunjukan komedi. Kalau semua tertawa lepas tanpa harus saling lirik, berarti demokratis. Kalau masih saling lirik, ada pengendalian pendapat secara internal.

Sebagai format, komedi tunggal (standup comedy) memanfaatkan kebebasan tawa ini. Esensi komedi tunggal adalah penjualan pendapat, via premis yang berbentuk setup. Dan menarik persetujuan penonton melalui punchline. Kalau penonton tertawa, mereka menerima pendapat sang komedian. Kalau tidak, gak akan tertawa. Sesederhana itu.

Lalu, apa hubungannya dengan SARA? Karena komedi tunggal juga berfungsi mengungkapkan kegelisahan seorang comic terhadap hal-hal yang ia hadapi sehari-hari. Memangnya kehidupan kita sehari-hari bisa lepas dari suku, agama, ras, atau adat? Tidak.

SARA adalah bagian keseharian kita yang juga bisa membuat gelisah. Dan kalau ini dipendam, malah berbahaya. Humor justru merupakan cara kita untuk menerima hal-hal yang meresahkan diri, dengan menertawakannya. Istilah yang digunakan Pandji adalah, "Berdamai dengan diri sendiri."

Dan format komedi tunggal terbuka bagi siapa saja. Kalau kita merupakan bagian dari pihak minoritas, justru dengan format komtunglah kita bisa menyuarakan apa saja keresahan kita. Ini yang dilakukan Ernest Prakasa dengan membawa etnis Cinanya sebagai materi. Atau saat kita ingin mempertanyakan suatu hal yang dipraktikkan oleh pihak yang berkuasa/mayoritas. Ini yang diusung Pandji dengan mempertanyakan ormas yang mengaku Islam tapi malah memburukkan nama Islam.

Dalam komedi tunggal, kedudukan (atau tepatnya keberdirian) seorang comic di atas panggung itu sama. 

Jadi kenapa bicara SARA? Karena itu bagian dari kehidupan sehari-hari. Dan jika menjadi salah satu sumber keresahan kita sebagai comic, perlu segera disalurkan dalam bentuk humor.


T: "Sejauh mana kita bisa menertawakan SARA?"

J: Tidak ada ukuran yang konstan di sini. Intinya kembali ke esensi komedi tunggal yang saya sebut di atas; kita menjual pendapat atau sikap kita terhadap sesuatu. Penonton yang konvensional tentunya akan lebih sensitif terhadap pembicaraan SARA dibandingkan yang lebih modern atau terbuka. Sikap kita akan lebih sulit diterima jika terlalu drastis di atas batas toleransi mereka. 

Suatu materi komedi yang sama bisa menyinggung satu kelompok tapi disukai kelompok lain, walaupun materi tersebut menertawakan kedua-keduanya. Kalau ini yang terjadi, kendalanya mungkin bukan di materi, melainkan penonton. Namun kalau semua orang gak suka, bisa jadi kendalanya di materi.

Kuncinya bisa dari saran Chris Rock dalam acara Talking Funny-nya Ricky Gervais, "Bicaralah mengenai tindakan atau kelakuan mereka, bukan tentang identitas mereka."


sumber : Komtung 101: Mengapa Bicara SARA?