October 31, 2013

[Review] Thor: The Dark World (2013)


Dewa berpalu petir kali ini kembali lagi dalam sekuel teranyarnya dengan sub judul The Dark World. Satu lagi film dibawah naungan bendera Marvel untuk menuju proyek terbesarnya The Avengers: Age of Ultron yang rencananya akan rilis musim panas 2015. Sudah barang tentu film ini tidak menampilkan Manusia Besi, Monster Hijau, Pahlawan Bertameng, Pemanah Ulung, dan teman-temannya karena memang difokuskan pada petualangan sang Dewa. Tongkat estafet penyutradaraan dipegang oleh Alan Taylor, sang sineas asal Amerika yang lebih sering menggarap beberapa episode dari serial TV sukses (Mad Men, Lost, Rome, Game of Thrones). Dilihat dari riwayat filmnya, sang sineas baru pertama kali ini menahkodai film superhero. Tetapi kelihatannya, Taylor mampu meneruskan kesuksesan jalinan cerita yang telah dibangun oleh Joss Whedon. Lantas dengan adanya sub judul The Dark World tidak serta merta membuat film ini menjadi 'dark' ala Nolan dalam trilogi The Dark Knight-nya. Justru pembuat film melakukan hal yang tepat karena bermain aman dengan tetap mempertahankan cita rasa film pendahulunya dengan beberapa tambahan yang lebih menyenangkan.

Thor: The Dark World bercerita pasca kejadian di The Avengers, Thor (Chris Hemsworth) harus membereskan segala kekacauan yang dibuat Loki (Tom Hiddleston), termasuk di sembilan dunia yang disangga oleh pohon kehidupan Yggdrasil. Tapi sebelumnya kita dibawa ke beribu-ribu tahun yang lalu untuk berkenalan dengan bangsa Dark Elf, bangsa yang tinggal di The Dark World yang mempunyai kekuatan mahabesar bernama Aether untuk menghancurkan sembilan dunia. Untungnya, kakek moyang Thor berhasil mencegahnya dan mengubur dalam-dalam Aether itu di suatu tempat yang sulit ditemukan. Kembali ke masa sekarang di Bumi, Jane Foster (Natalie Portman) tak sengaja menemukan sebuah portal menuju ke dimensi tempat Aether milik bangsa Dark Elf. Sayangnya, tanpa sengaja Aether itu menyatu ke dalam tubuh Jane Foster dan membangkitkan kembali bangsa Dark Elf yang telah lama tertidur. Hal tersebut menyebabkan Jane Foster menjadi buruan bangsa Dark Elf yang dipimpin oleh Malekith (Christopher Eccleston) dan sang Dewa Thor harus kembali ke Bumi demi menyelamatkan pujaan hatinya, atau mungkin juga sembilan dunia.





















Satu kata yang tepat untuk menggambarkan Thor: The Dark World ini adalah tentu saja, menghibur. Setidaknya lebih bisa menyenangkan fans katimbang film superhero Marvel sebelumnya, Iron Man 3. Pembuat film tahu betul bagaimana cara memanjakan penonton dengan mengajaknya untuk berkeliling ke dunia tempat tinggal Dewa, Asgard. Dengan balutan CGI yang ciamik, Asgard tampil begitu megah nan mempesona. Bagaimana diperlihatkan air terjun yang cantik serta bangunan-bangunan bernuansa sejarah Viking. Tak hanya itu, penonton juga dibuat melongo karena diberikan tontonan mengenai teknologi-teknologi super canggih yang bekerja di Asgard. Saya yakin, Tony Stark sekalipun mungkin juga akan takjub melihatnya. Namun tak afdol jika tak membicarakan battle fight. Yah tentu saja Thor yang mendapat porsi dominan disini, sungguh kenikmatan sendiri melihat sang Dewa bertarung dengan lawan yang cukup seimbang. Sangat jelas bahwa Taylor ingin membuat adegan pertarungannya terlihat berbeda dengan setting yang selalu berpindah-pindah tempat dan of course, dia mampu mengeksekusi dengan sangat baik. Dan juga, Taylor berhasil menempatkan shock moment disana-sini, bahkan tak hanya sekali.

Sekali lagi, Tom Hiddleston mampu mencuri perhatian disini. Bagaimana karakter supervillain yang dulu pernah meluluhlantakan New York, masih terlihat arogan tanpa meninggalkan kesan humornya. Kabarnya, Joss Whedon sempat membantu untuk menulis ulang skrip dalam beberapa adegan penting yang dirasa Taylor bermasalah. Hasilnya, Taylor sukses menyelipkan komedi-komedi konyol yang sanggup membuat seisi bioskop ngakak bersamaan. Yah Chris Hemsworth juga tampil mengagumkan, karakter Thor terlihat lebih dewasa dibawakan dengan sangat pas, apalagi banyak quoteable berasal dari dialognya. Sayang bagi Natalie Portman, saya tak melihat adanya yang spesial dari karakternya. Perannya tak lebih dari sekedar love interest bagi Thor. Kemudian dengan Christopher Eccleston, sosok Malekith yang diperankannya adalah satu dari sekian banyak sosok villain yang mempunyai kekuatan mahadahsyat tetapi tak disandingkan dengan sifatnya yang keji. Saya tak tahu bagaimana dia di komik, hanya saja sepertinya sayang melihat villain yang tak mampu membuat nightmare bagi sosok protagonis atau bahkan penonton. Pada akhirnya saya tak bisa berkata lebih banyak lagi kecuali memberikan jempol kepada Alan Taylor. Good job!

P.S :
1. Saya tak pernah bosan mengingatkan untuk sedikit teliti dalam menonton film Marvel dan menemukan cameo Stan Lee yang menyempil di adegan.
2. Dan tentu saja jangan terburu-buru meninggalkan kursi penonton karena setelah film usai ada mid-credits scene yang sukses meninggalkan misteri baru.
3. Dan yah sekali lagi jangan langsung terburu-buru meninggalkan kursi setelah menonton post credits scene karena setelah credit yang berjalan cukup panjang masih ada after-credits scene yang sedikit menghibur.



No comments:

Post a Comment