September 16, 2013

[Review] Before Midnight (2013)


Kamu pernah merasa jatuh cinta dengan film? Panggil saya lebay, saya pernah, bahkan ini kali ketiganya. Saya pernah menulis sedikit tentang Before Midnight terkait dengan dua film prekuelnya di Before Midnight Masuk Daftar Wajib Tonton. Dua film pendahulunya yang bertajuk Before Sunrise (1995) dan Before Sunset (2004) sukses membuat saya mengagung-agungkan setinggi langit. Trilogi film ini bukan film semua orang, maksud saya tidak semua orang suka dan bisa menikmatinya. Selain masalah selera, film drama romantis ini mempunyai formula yang sedikit berbeda dari kebanyakan film dengan genre serupa. Saya harus angkat topi kepada sang sineas di baliknya, Richard Linklater yang telah memperkenalkan pasangan paling romantis, Jesse dan Celine melalui trilogi Before-nya. Kali ini, pasangan di balik karakter Jesse dan Celine, yakni Ethan Hawke dan Julie Delphy turut andil dalam penulisan naskah. Wow! Tentu saja hal ini merupakan kabar gembira bagi fans yang sudah menanti selama 9 tahun sejak Before Sunset.

Bagi kamu yang sudah begitu akrab dengan Jesse dan Celine, tentu pertanyaan yang menggelitik setelah ending di Before Sunset terjawab. Setelah kita diajak berjalan-jalan di Vienna pada Before Sunrise dan Paris pada Before Sunset, kali ini kita menuju ke semenanjung Peloponnese di Yunani. Dikisahkan Jesse (Ethan Hawke) dan Celine (Julie Delphy) sudah menjadi sepasang bahagia yang dikaruniai dua anak perempuan kembar. Sebelumnya Jesse sudah bercerai dengan mantan istrinya dan melahirkan Hank, anak laki-laki mereka. Setelah mengantarkan Hank ke airport, keluarga Jesse-Celine kembali untuk makan siang bersama sahabat-sahabatnya. Sewaktu perjalanan pulang, di mobil kita akan dihadapkan kepada obrolan-obrolan menarik mengenai karir Celine di pemerintahan yang saat ini sedang mengalami persimpangan, juga curhatan Jesse yang saat ini hubungannya dengan mantan istrinya tidak berjalan baik. Kemudian ketika tiba waktunya makan siang, Jesse dan Celine ditawari untuk menghabiskan malam berdua di sebuah hotel yang sudah disiapkan teman-temannya.























Romantisme Before Midnight akan semakin terasa jika kamu sudah menonton dua film pendahulunya. Terlihat sekali dua karakter utama pada film ini sudah semakin terlihat dewasa. Richard Linklater masih setia dengan formula ajaibnya sekaligus nyawa di film ini. Yap. Obrolan. Before Midnight menyajikan obrolan yang semakin serius tetapi masih menarik untuk dinikmati. Jika pada dua film pendahulunya, obrolan yang berlangsung lebih dominan ke Jesse dan Celine, kali ini ketika scene makan siang obrolan-obrolan yang terjadi melibatkan sahabat-sahabatnya. Mulai dari drama Shakespeare, Skype, hingga penis. Pokoknya semua-semuanya perihal ngobrol, tak ada adegan romantis seperti memberikan bunga, gendong-gendongan, atau berdansa. Jadi intinya kamu harus fokus pada setiap obrolan yang mereka ucapkan. Malah dengan obrolan-obrolan tersebut, membuat penonton semakin hanyut ke dalamnya. Lantas dari obrolan tersebut tidak serta merta membuat penonton merasakan sesuatu yang datar. Justru ada saatnya emosi penonton juga ikut terlibat, dan asyiknya obrolan lucu yang menyelip di antara obrolan serius malah lebih mengena.

Saya perlu angkat topi untuk kedua kalinya bagi Richard Linklater yang menghadirkan konfliknya di tengah-tengah Jesse dan Celine akan bercinta. Hal yang benar-benar di luar bayangan penonton. Konfliknya sangat simpel tetapi entah kenapa turut membuat penonton merasakan emosinya. Seorang Celine yang menggambarkan sosok perempuan dewasa nan tegas dengan mempertahankan argumennya. Pun dengan Jesse sebagai seorang suami yang tidak ingin begitu saja mengalah. Paruh terakhir adalah bagian terbaik dari keseluruhan film saya pikir. Untuk jajaran cast, tentu saja saya tak pernah meragukan akting Ethan Hawke dan Julie Delphy. Chemistry mereka sudah sedemikian terbentuk sejak Before Sunrise. Julie Delphy terlihat sekali perubahannya yang mulai menua, tetapi tak sedikitpun menurunkan auranya sebagai seorang Celine yang sudah penonton kenal. Bahkan mungkin dari sekian banyak penonton termasuk saya masih belum percaya bahwa Jesse dan Celine adalah sepasang karakter fiktif. Terakhir saya bilang, Before Midnight dengan cerdas menyajikan argumen-argumen penuh kejujuran yang dibalut dengan begitu manis. Bolehkah saya sekali lagi angkat topi untuk Richard Linklater?


No comments:

Post a Comment