September 11, 2013

[Review] Kick-Ass 2 (2013)


Tiga tahun lalu, kita mengenal Kick-Ass sebagai superhero remaja yang sok-sokan. Tak perlu digigit laba-laba atau terkena radiasi untuk menjadi superhero, Kick-Ass hanya butuh kostum dan modal nekat untuk membasmi kejahatan. Diadaptasi dari komik karya Mark Millar berjudul sama, Matthew Vaughn mampu membuat Kick-Ass mendapat respon positif dari penonton. Kalo boleh jujur saya sih sebenernya agak sebel kalo sebuah film sekuel dari pendahulunya yang sudah sukses disutradari oleh sutradara yang berbeda. Bagi saya, ciri khas yang sepertinya sudah melekat di film pertamanya sedikit berkurang. Tapi mau gimana lagi, kali ini tongkat estafet penyutradaraan dipegang oleh Jeff Wadlow yang juga didapuk sebagai penulis naskahnya. Saya sebenarnya sedikit ragu untuk menonton Kick-Ass 2 di bioskop dan memilih untuk menunggu download-nya saja setelah membaca review-review dari beberapa rekan, tetapi sungguh daya magnet di film ini yang membuat saya teguh untuk tetap menontonnya. Daya magnet? Oh ya tentu saja artis dibalik topeng Hit-Girl. ^^

Kick-Ass 2 masih menampilkan sosok Hit-Girl yang cantik. Eh, maksud saya Mindy Macready (Chloe Moretz) setelah kematian ayahnya, sekarang tinggal bersama Detektif Marcus Williams (Morris Chestnut) seorang rekan kerja ayahnya sewaktu di kepolisian dulu. Mindy terpaksa harus meninggalkan identitasnya sebagai Hit-Girl demi menepati janjinya kepada almarhum ayahnya untuk menjadi sosok gadis yang normal, duh padahal ketika berantem Hit-Girl terlihat begitu seksi sekali. Oke fokus. Di lain pihak, Dave (Aaron Taylor-Johnson) sebagai Kick Ass yang menginspirasi banyak orang untuk memakai topeng pahlawan membentuk suatu grup bernama Justice Forever, di bawah komando Colonel Stars and Stripes (Jim Carrey) mereka berhasil mengalahkan mafia. Tetapi jangan melupakan sosok penting di film pertamanya, Red-Mist (Christopher Mintz-Plasse) sekarang berubah nama menjadi The Motherfucker yang juga sedang mengumpulkan anggota untuk menjadi penjahat demi membalas perlakuan Kick-Ass karena telah membunuh ayahnya.


Sebenarnya apa yang sudah tersaji di film pertamanya sudah begitu maksimal. Bagaimana Matthew Vaughn memberikan adegan berantem yang menghibur juga terlihat nyata dengan balutan darah-darah muncrat serta tusuk-menusuk dengan minim sensor. Ditambah omongan-omongan kasar yang keluar dari mulut Hit-Girl, oh Damn! She is hot! Semuanya dibungkus dengan sangat padat sehingga apa yang terjadi ketika endingnya sudah mencapai klimaks. Jadi tentu saja hal ini merupakan sebuah usaha keras bagi Jeff Wadlow untuk memberikan sesuatu yang baru tanpa merusak ciri khas sebelumnya. Apakah Jeff Wadlow berhasil? Saya pikir tidak karena hal-hal yang membuat menarik perhatian saya di Kick Ass 2 (kecuali Hit Girl tentu saja) adalah jajaran orang-orang yang mengikuti Kick-Ass untuk menjadi superhero. Dengan kostum mereka yang berwarna-warni serta tingkah laku mereka yang lucu cukup menghibur meskipun tidak mendominasi sepanjang film dan kurang bisa berkembang. Jeff Wadlow terlihat banget ingin mempertahankan nuansa Matthew Vaughn tetapi malah dirasa kurang maksimal. Adegan muncrat-muncrat darahnya terlihat sedikit, serta beberapa action yang sedikit dilebih-lebihkan.

Selain itu, yang terlihat berbeda dalam film pertamanya adalah kentalnya porsi drama yang disajikan. Sosok alter-ego Hit Girl, Mindy yang berproses menjadi gadis normal menjadi sorotan di film ini. Hal itu juga tak lepas dari akting Chloe Moretz yang sangat menonjol dibandingkan jajaran cast yang lain. Selain cantik dan seksi, dia juga piawai membuat penonton (terutama saya, oh cukup!) merasa terpesona bahkan di balik kostum Hit Girl ataupun hanya sebagai Mindy. Aaron Taylor-Johnson tidak menampilkan sesuatu yang spesial kecuali perubahan badannya yang pesat. Seperti yang saya bilang di awal tadi, saking banyaknya karakter-karakter yang lain tidak bisa berkembang karena keterbatasan waktu. Bahkan Jim Carrey sebagai Colonel Stars and Stripes tampil begitu datar. Justru meskipun singkat, sosok penjahat di geng The Motherfucker yakni Mother Russia bisa tampil keren dan membuat saya menganga. Momen menyenangkan yang lain adalah ketika pertarungan antara geng The Motherfucker dan Justice Forever, ini ibarat tawuran antar sekolah tapi dengan kostum. Mungkin mengalami penurunan dari film pertamanya, tetapi terlepas dari itu Kick-Ass 2 cukup mengibur.

P.S : Ternyata ada after credit scene yang lumayan menghibur. Dan juga ada satu hal yang cukup menggelitik, yakni kaos 'I Hate Reboot' yang dikenakan Dave yang sepertinya berarti sesuatu.

No comments:

Post a Comment