October 10, 2013

[Review] Manusia Setengah Salmon (2013)


"Kalo kita mau pindah ke tempat yang baru kita juga harus siap...
untuk meninggalkan yang lama." - Mama Dika

Sukses dengan Cinta Brontosaurus dan Cinta Dalam Kardus, Raditya Dika kembali hadir dalam film teranyarnya yang juga diadaptasi dari buku yang dia tulis sendiri dengan judul yang sama, Manusia Setengah Salmon. Saya sendiri juga membaca bukunya dan sukses sekali membuat saya terbahak-bahak. Tentu saja, melihat Manusia Setengah Salmon difilmkan, saya begitu antusias. Beda dengan Cinta Brontosaurus yang filmnya bukan berdasarkan isi dari bukunya melainkan kisah perjalanan karir Raditya Dika dengan Cinta Brontosaurusnya. Manusia Setengah Salmon menceritakan isi dari bukunya. Tapi tak usah khawatir, bagi kamu yang belom membaca juga masih bisa menikmatinya kok. Saya sendiri begitu takjub dengan Miko, eh maksud saya Raditya Dika karena hanya selang beberapa bulan saja sudah menayangkan film baru. Hal ini semakin membuktikan kualitas Raditya Dika yang tidak hanya sebagai penulis, creativepreneur, stand up comedian, scriptwriter, tetapi juga penampilan dalam beraktingnya yang semakin meningkat. Jadi apakah penikmat buku Manusia Setengah Salmon seperti saya bisa terhibur dengan filmnya? Mari kita lihat.

Mama Dika (Dewi Irawan) memutuskan untuk pindah rumah karena dirasa butuh suasana baru. Dika (Raditya Dika) yang juga seorang penulis kurang menyetujui rencana ibunya untuk pindahan. Tetapi yang namanya seorang anak, Dika tetap membantu ibunya mencari rumah baru. Saat pencarian rumah baru, mereka menemui hal-hal absurd hingga akhirnya mereka menemukan rumah yang dirasa cocok. Tentu saja Dika harus beradaptasi di lingkungan yang baru, apalagi banyak orang-orang iseng menyalakan mercon di malam hari yang menganggu tidurnya. Masalah juga timbul diantara hubungan Dika dengan pacar barunya, Patricia (Kimberly Rider) karena ternyata mantan Dika, Jessica (Eriska Rein) masih membayang-bayanginya. Hal menggelikan juga terjadi saat sopir lama Dika memutuskan untuk berhenti dan diganti dengan sopir baru bernama Sugiman (Insan Nur Akbar) yang ternyata bau ketek. Tak berhenti di situ saja, hubungan Dika dengan Papa Dika (Bucek) dirasa makin berjarak. Ini adalah kisah perjalanan Dika, selain pindah rumah juga merupakan perjalanan dia untuk berpindah dari hal-hal yang selama ini menahannya untuk tumbuh dewasa.

Apa yang tersaji dalam keseluruhan film ini memang menjadi ciri khas Raditya Dika. Dia tahu betul bagaimana memasukkan kisah 'kehidupan anak muda jaman sekarang' untuk ditertawakan. Apalagi buat kamu yang tak pernah absen mengikuti serial televisi Malam Minggu Miko, tentang kisah pacaran yang absurd sudah barang tentu bakal kamu temui disini dan faktanya, memang itulah yang selalu ditunggu-tunggu penikmat karya Raditya Dika. Bagaimana komedi-komedi tentang perpacaran yang menyentil di kehidupan nyata terasa renyah di beberapa bagian namun juga ada yang harus mendapat "Apaan sih?" di beberapa bagian. Lantas, cerita tidak berputar urusan hati saja. Dengan hadirnya Papa Dika dan Mama Dika, film menjadi lebih berwarna dan semakin menyenangkan. Papa Dika juga piawai dalam memancing tawa penonton. Sayangnya, banyak bagian pas lucu-lucunya sudah ditampilkan di trailer sehingga bagi penonton yang sudah melihatnya jadi bisa menebak. Unsur dramanya juga lebih mengena dan tidak cheesy dibandingkan dua film sebelumnya.

Herdanius Larobu pintar dalam pemilihan tokoh, tentu saja peran Dika sudah semakin matang dengan muka lugu-nya yang khas. Kimberly Ryder sebagai Patricia sangat mencuri perhatian disini. Tampil cantik dan mempesona dengan aktingnya yang pas dan tidak terlalu dibuat-buat. Bucek dan Dewi Irawan sebagai Papa dan Mama Dika masih bermain dengan apik. Mereka sangat bisa menggambarkan karakter orang tua yang humoris. Wajah-wajah baru, Insan Nur Akbar sebagai Sugiman sungguh meyakinkan aktingnya. Bahkan hanya melihat wajah datarnya yang sangat kental dengan Jawa tersebut sudah bikin saya ngakak. Yap, setiap karakter di Manusia Setengah Salmon sudah pas dengan perannya masing-masing dan saling melengkapi. Pada akhirnya, di setiap film pasti ada sebuah pesan yang tersirat, pun dengan Manusia Setengah Salmon yang menganalogikan tentang kepindahan. Memang tak semua penonton bisa menikmati komedi ala Raditya Dika, tapi bisa dikatakan bahwa Manusia Setengah Salmon lebih bersahabat karena begitu dekat dengan kenyataan. Jadi, mari kita bertemu lagi di film Raditya Dika berikutnya...mmmmm...Marmut Merah Jambu, mungkin?


2 comments: