November 23, 2013

[Review] The Hunger Games: Cathing Fire (2013)


Sejenak kesampingkanlah perihal membanding-bandingkan saga The Hunger Games ini dengan Battle Royale yang fenomenal itu. Bagi saya sih, jika dibandingkan dengan film yang mempunyai nama Jepang Batoru rowaiaru itu The Hunger Games ini tak ada apa-apanya. Beruntung Gary Ross berhasil mengeksekusi novel karya Suzanne Collins ini dengan bagus sehingga selain sukses besar di tangga box office juga menuai pujian dari kalangan kritikus. Sudah pasti untuk melangkah menuju sekuel-nya terbuka lebar. Tapi kali ini, di film babak kedua yang bertajuk Catching Fire, sang sineas Gary Ross tidak kembali di bangku penyutradaraan dan diganti dengan Francis Lawrence (Constantine, I am Legend). Sudah barang tentu, hal yang paling menjadi sorotan di sini bakal tertuju pada sang sineas. Pasalnya, sosok inilah yang dianggap paling krusial sebagai penentu nasib film ini, bahkan melebihi jajaran pemain baru. Pertanyaannya apakah fans novel maupun film pertamanya bakal kembali terpuaskan? Dan akankah Lawrence mampu meneruskan kinerja apik yang sudah dibangun Ross sebelumnya? Mari kita simak.

Pasca kemenangan Katnis Everdeen (Jennifer Lawrence) dan pasangannya, Peeta Mellark (Josh Hutcherson) di ajang The Hunger Games ke-74 lalu, mereka berdua menjadi superstar di semua 12 distrik Panem. Mereka juga harus menjalani Victory Tour yang memang merupakan agenda rutin para pemenang sebelumnya. Sekalipun mereka hanya berteman biasa, dalam Victory Tour mereka terpaksa mempertontonkan hubungan mereka layaknya sepasang kekasih. Sementara itu, Presiden Snow (Donald Shuterland) paham betul bahwa Katnis kelak akan berbahaya bagi pemerintahannya karena akan memicu pemberontakan di berbagai distrik yang mulai meletup. Selain mengancam Katniss dengan cara akan membunuh sahabatnya, Gale Hawthorne (Liam Hemsworth), Penguasa Capitol ini juga mengikutsertakan lagi Katniss ke dalam pertandingan spesial yang hanya diadakan setiap 25 tahun sekali yakni Quarter Quell. Mau tidak mau, Katniss dan Peeta harus berjuang sekali lagi dalam menghadapi pertandingan brutal yang mempertaruhkan nyawa dengan tingkat bahaya dan resiko kematian berkali-kali lipat dari yang pernah mereka lalui sebelumnya.























Catching Fire dibangun secara perlahan. Paruh pertama berisikan dialog-dialog antar karakternya guna mengembangkan alur dan memperdalam emosi cerita. Penonton juga dikenalkan pada sistem politik dalam dunia The Hunger Games. Hal itu yang membuat lebih menyenangkan katimbang beberapa film adaptasi novel young-adult kebanyakan karena tak berpusat seputar percintaan saja. Lihat bagaimana Capitol memonopoli semua distrik dan memaksa orang-orangnya memuja-muja selebritas untuk menjadikan tontonan dalam ajang hidup/mati, hanya demi menunjukkan bahwa mereka tak bisa berbuat apa-apa di hadapan Capitol. Ditambah humor-humornya dengan porsi yang sedikit tapi menghibur, membuat Catching Fire menjadi paket yang komplit. Tentu tak afdol jika tak berbicara mengenai adegan aksinya. Mengambil syuting lokasi di Hawaii, setting ajang survival ini terlihat lebih kompleks. Lewat penuturan sang sineas, ajang Quarter Quell ini merupakan daya tarik utamanya, dengan ancaman-ancaman baru nan mengejutkan sanggup membuat penonton ikut merasakan keseruan di dalamnya. Tapi perlu saya akui bahwa saya tak mendapatkan klimaks. Pada ujungnya hanya membuat saya berkata, "Hah? Udahan?". 

Beruntung, Catching Fire mempunyai jajaran pemain yang solid. Dengan Jennifer Lawrence sebagai main-actressnya tak heran lagi memberikan penampilan terbaiknya disini. Ah, artis yang memenangkan Oscar tahun lalu ini berhasil memerankan Katnis Everdeen sebagai sosok yang dewasa, tegas, dan perhatian. Josh Hutcherson sebagai Peeta Mellark juga berhasil membangun chemistry yang apik bersama Jennifer. Sayang, Liam Hemsworth tidak mendapatkan porsi yang cukup banyak disini, sehingga scene yang menunjukkan aksi heroiknya terbilang biasa saja. Dan juga membuat kisah cinta segitiga antara Peeta-Katniss-Gale ini terasa sedikit canggung. Beberapa karakter yang kurang mendapat perhatian di film pertamanya seperti Cinna (Lenny Kravitz) dan Effie Trinket (Elizabeth Banks) diberikan ruang lebih. Dan satu lagi yang mampu mencuri perhatian saya yakni MC acara televisi yang berambut ungu, dengan logatnya yang khas mengambil porsi terbanyak unsur humornya. Karakter-karakter unik yang lain juga turut meramaikan dan memberikan warna tersendiri. Bisa dibilang Catching Fire mengalami kemajuan dari film pertamanya, dan tentu membuat tak sabar untuk menanti instalment terakhirnya, Mocking Jay. Yap, Good Job Francis Lawrence!




5 comments:

  1. Diriku baru aja pulang nonton film ini nih #sombong hahahaha
    Filmnya emang keren, setuju deh sama pendapatnya ;)

    ReplyDelete
  2. Wahh, keliatannya emang bagus ya filmnya, di twitter juga rame, Wajib nonton nih!

    ReplyDelete
  3. nice review,
    JLaw emang bener2 makin mantep meranin Katniss, gravitas emosinya tetep kerasa banget meskipun di film blockbuster ^^

    effie...caesar...ga da nama Tucci & Banks di film Mockingjay :(

    untuk tokoh baru di seri ini, pastinya PSH sama Jena Malone deh over the top...
    ga sabar liat my favourite one- Julianne Moore & Misty Day --eh,,Lily Rabe di Mockingjay :P

    ReplyDelete