"A lot of people have tried to kill me...and I'm still here." - Logan
Menuai respon negatif dari para kritikus di X-Men Origins: Wolverine karena dinilai scriptnya yang terbilang buruk. Pihak 20th Century Fox masih percaya diri untuk tetap melanjutkan cerita sang mutan pemilik cakar adamantium ke layar lebar. Jelas hal ini merupakan sebuah perjudian besar. Salah satunya adalah harus bersaing dengan film-film unggulan musim panas yang ditayangkan dalam jarak waktu yang berdekatan. Apalagi, beberapa waktu sebelumnya, DC baru saja merilis film superhero andalan mereka; Man of Steel. Masalahnya, apakah sepak terjang Wolverine mampu melibas popularitas sang manusia baja atau bahkan komplotan Jaeger? Tentu saja jawaban dari pertanyaan itu hanya dapat dibuktikan ketika menonton filmnya. Dan juga layaknya proyek film babak kedua pada umumnya, mudah ditebak bahwa ekspetasi yang tinggi juga otomatis disematkan pada film ini. Hal ini sudah barang tentu merupakan tantangan terbesar bagi para pembuat film. Untuk itu, nahkota penyutradaraan yang sebelumnya dipegang Gavin Hood dialihkan ke James Mangold (Knight and Day), dengan harapan mampu memberikan kisah yang baru untuk serigala pemarah ini.
Di penghujung X-Men Origins: Wolverine sudah menghadirkan spekulasi awal kemunculan sekuelnya, di post ending credit menunjukkan bahwa Logan tengah berada dalam bar di Jepang. Alih-alih melanjutkan cerita pasca kejadian itu, awal dari jalinan kisah yang dituangkan di sini ditarik dari babak terakhir trilogi X-Men besutan Bryan Singer, X-Men: The Last Stand. Dikisahkan Logan (Hugh Jackman) memutuskan hidup terasing di kota terpencil guna untuk melupakan bayang-bayang wanita yang dicintainya, Jean Grey (Janssen). Ternyata menjadi seorang mutan juga tidak mudah untuk move on. Sampai suatu ketika bertemu seorang wanita asal jepang, Yukio (Fukushima) yang bertujuan membawa mutan pemilik cakar adamantium ini ke Jepang untuk menemui atasannya yang dulu pernah diselamatkan Logan, sekaligus membalas budi. Di luar perkiraan, kedatangan Logan ke negeri Sakura membawa peristiwa besar yang nantinya akan membawa perubahan besar terhadap dirinya.
Sebelum saya menonton sebuah film yang akan tayang di bioskop, sudah hukum alam untuk melihat trailernya terlebih dahulu. Sebuah trailer mungkin akan memberikan dampak antusiasme yang luar biasa, atau bahkan bisa sebaliknya. Kala melihat trailer The Wolverine saya tidak menemukan sesuatu yang spesial, cuman segelintir penampakan villain baru yang bakal menjadi musuh utama Wolverine yakni Viper dan Silver Samurai. Lantas hal tersebut tidak memperkecil niat saya untuk menonton franchise X-Men terbaru ini. Berbekal penggunaan judul yang lebih sederhana, jalan cerita maupun setting lokasinya pun juga sama. Untuk segi cerita sendiri, James Mangold memang mampu memberikan sesuatu yang baru. Hanya saja, porsi drama dan romansa yang diberikan lebih besar dari porsi actionnya. Hal ini tentu merupakan siksaan besar bagi penonton yang ingin menikmati sajian superhero musim panas yang spektakular dan penuh sarat aksi. Bahkan eksekusi akhir main villain-nya menurut saya terasa kurang greget untuk ukuran mutan yang tangguh. Beberapa hal yang berpotensi menimbulkan pertanyaan, tidak terjawab dengan baik sehingga menimbulkan plot hole disana sini.
Kemunculan mutan baru semacam Viper yang diperankan Svetlana Khodchenkova, yang menurut saya seperti Poison Ivy di Batman & Robin, kurang berhasil menimbulkan kesan mengerikan. Pun Silver Samurai yang bersosok lebih besar dan mempunyai pedang api. Namun, pesona artis baru yang memulai debutnya di film ini, Tao Okamoto yang berperan sebagai love interest Logan; Mariko mampu menyita perhatian saya sepanjang film. Perannya nyaris sempurna sebagai wanita Jepang yang sangat taat terhadap budaya, juga kalem, dan sedikit menggoda. Cuman mungkin karena baru pertama berperan sebagai tokoh penting di film, chemistry dengan Logan terasa sedikit kaku. Sisi terbaik film ini, tentu saja terletak kepada peran Hugh Jackman. Film ini kali keenamnya memerankan tokoh mutan favorit ini. Selain action-nya yang jempolan, aktor kelahiran 1968 ini mampu mengeksplore sisi lain sosok Wolverine. Tidak jauh beda dengan Robert Downey Jr dan Tony Stark. Hugh Jackman memang terlahir untuk Wolverine sehingga semakin mantap perannya dari masa ke masa. Terlepas dari semua itu, menurut saya secara keseluruhan cakar adamantium masih butuh bantuan dari kolega-koleganya sesama mutan untuk bisa mengimbangi manusia baja dan komplotan Jaeger.
P.S : Sudah hal wajib bagi siapapun yang pernah menonton film-film Marvel atau bahkan penggemar setia film X-Men untuk masih tetap duduk di kursi selagi credit title bergulir. Pun dengan The Wolverine, kali ini di pertengahan credit title-nya kamu akan mendapat kejutan besar yang bahkan bagi saya sendiri merupakan mid credit title yang paling epik sepanjang film Marvel.
ah harus nonton gue nih, abis itu nonton the counjuring :D
ReplyDeletesiap :D
DeleteUntung ada Hugh Jackman. Emang dilahirin buat jadi Wolverine dia.
ReplyDelete