June 18, 2013

[Review] Man of Steel (2013)


"My father believed that if the world found out who I really was, they'd reject me...out of fear.
He was convinced that the world wasn't ready. What do you think? - Clark Kent

Jadi siapa yang tidak tahu tentang Superman? Superhero paling familiar sepanjang sejarah perfilman. Setelah hampir errr...kira-kira enam tahun silam Superman tampil di layar lebar dengan tajuk Superman Returns arahan Bryan Singer, kali ini di tahun 2013 di-reboot oleh Zack Snyder dengan judul yang sama sekali tidak menggunakan kata Superman yakni Man of Steel. Saya masih ingat betul ketika kira-kira akhir tahun 2012, Warner Bros memunculkan teaser trailer pertama Man of Steel yang menampilkan Clark Kent dengan jambang tebal berdiri di pinggir jalan sembari meminta tumpangan truk yang lewat. Dengan iringan musik yang terdengar kelam, saya langsung googling siapa-siapa saja yang berada di balik layar. Mata saya langsung tertuju kepada dua sineas, Christopher Nolan dan David S. Goyer yang berhasil menunjukkan kemegahan The Dark Knight Trilogy. Dari situlah ekspetasi saya terlampau jauh mengenai Superman versi Nolan, tetapi begitu melihat Zack Snyder yang duduk di kursi sutradara sepertinya ini akan jadi kolaborasi yang menjanjikan.

Rumornya, Man of Steel akan menjadi film pertama dalam serangkaian universe superhero-superhero DC Comics. Mengingat rivalnya, The Avengers yang sukses menjadi film terlaris sepanjang masa peringkat tiga sepertinya pihak DC Comics begitu ambisius ingin menyainginya dengan Justice League. Meskipun sekedar rumor cukup membuat fans sedikit tersenyum. Berada di balik bendera Warner Bros, wacana tersebut sepertinya bukan menjadi hal yang sulit. Bahkan, sebelum saya menonton Man of Steel saya bersikeras bahwa ada petunjuk-petunjuk tentang kemungkinan keberadaan superhero lain seperti hal-nya yang dilakukan Marvel dalam film-film superhero tunggalnya. Meskipun saya tidak menemukan keterkaitan film ini dengan superhero DC Comics yang sudah dibuat filmnya yakni Green Lantern. Entah memang sengaja atau tidak, saya beserta fans selalu berharap akan melihat Liga Keadilan segera tampil di layar lebar.


Jujur saya bukan pembaca setia komik DC Comics, meskipun sebenarnya ingin, tetapi saya belom tahu bagaimana cara mendapatkannya dengan mudah. Jadi saya beserta penonton awam lainnya diajak untuk melihat Planet Krypton, yang menurut Jor El (Russel Crowe) dan Lor-Van (Ayelet Zurer), orang tua Superman sebentar lagi akan mengalami kehancuran. Untuk menyelamatkan anaknya, Kal-El, mereka mengirimnya ke sebuah planet bernama Bumi. Kemudian datanglah Jenderal Zod (Michael Shannon) beserta antek-anteknya melakukan kudeta terhadap pemerintahan Krypton yang berakibat pengasingan diri ke Zona Bayangan. Kal-El yang saat itu masih bayi dan jatuh ke Bumi kemudian diasuh oleh sepasang petani Kansas, Jonathan dan Martha Kent, kemudian mereka memberikan nama bayi tersebut, Clark Kent. Semenjak kecil, Clark Kent sudah mempunyai kekuatan di atas manusia normal yang membuat dia selalu diasingkan oleh teman-temannya. Hingga dewasa, Clark Kent (Henry Cavill) terus mencari penjatian diri hingga akhirnya dia bertemu Lois Lane (Amy Adams) yang saat itu tengah mengalami sebuah kecelakaan di sebuah pesawat misterius di tengah gunung salju. Di tengah kabar bahwa Lois Lane bertemu alien, muncullah Jenderal Zod yang berencana untuk membuat Planet Krypton yang baru.

Sebagai film pertama, tentu paruh awal film ini masih bercerita tentang awal mula Superman. Porsi yang pas untuk menggambarkan Planet Krypton, karena fokus utama film memang tidak terjadi di alam Planet Krypton jadi tidak perlu lagi terlalu meng-eksplorer lebih dalam lagi tentang seluk beluk Krypton. Kemudian dengan gaya khas Nolan yang mengambil alur non-linier, penonton dibawa bolak-balik dari Clark Kent yang dewasa ke masa-masa pertumbuhan Clark Kent sebagai alien yang tumbuh besar di lingkungan manusia. Bagaimana seorang alien yang mempunyai kekuatan super ternyata sering di-bully oleh teman-temannya. Untung saja Clark Kent berada di Amerika seandainya dia tumbuh besar di Indonesia pasti dia bakal sombong dengan kekuatannya, kemudian jadi artis, dan bisa saja bikin album trus tampil di acara musik-musik pagi. Oh oke maafkan saya jika terlalu ngelantur. Jadi apa yang tersaji di paruh awal film memang sudah terlihat kelam, dan menjadi semakin menarik ketika diselangi oleh drama yang terjadi di antara keluarga Kent. Dan ketika adegan interaksi antara Clark Kent kecil dengan ibunya, saya sempat merinding. Pun dengan dialog-dialog yang menarik hati, terdengar serius dan jarang sekali adegan humor.



Tidak serta merta semua pengaruh di Man of Steel dibawa oleh Nolan, kita masih ingat betul yang memegang kendali penyutradaraan adalah Zack Snyder yang sukses dengan 300, Watchmen. Seperti yang dilakukan di 300, adegan battle fight begitu seru dan tentu saja hingar bingar. Kalaupun ada yang bilang terlalu berlebihan, sepertinya kita harus menggarisbawahi battle fight yang terjadi di sini antara alien versus alien. Jadi tidak hanya sekali efek CGI yang diberikan Zack Snyder, dipertengahan film hingga menuju akhir kita disuguhkan terus menerus bagaimana seluruh kota beserta gedung-gedung yang megah hancur dengan mudahnya, adegan battle fight 2 versus 1 antara antek-antek Jenderal Zod melawan Superman sendirian membuat saya tak mampu memalingkan mata dari layar, dan juga efek sinematografinya begitu memuaskan. Pun dengan adegan-adegan yang sepertinya jika saya menyebutkan semuanya disini akan membuat keasyikan menonton kamu jadi berkurang. Oya, angkat topi untuk Hans Zimmer, sang nahkoda dibalik scoring yang terdengar sepanjang film.

Pada akhirnya saya perlu menyebut Man of Steel adalah film yang terbaik sejauh film yang saya tonton sepanjang tahun 2013. Didukung dengan jajaran cast yang mampu menunjukkan performanya masing-masing. Henry Cavill mampu membuktikan bahwa dia bisa memerankan Superman dengan gaya yang lebih modern (tanpa sehelai poni di dahi ditambah dagu yang menawan dipadukan dengan seragam kebesaran tanpa cawat merah yang menghiasinya). Amy Adams sebagai Lois Lane tidak begitu terasa chemistry-nya dengan Henry Cavill. Kevin Cotsner dan Diane Lane yang memerankan orangtua Clark kent patut diacungi jempol, dua jempol bahkan. Namun sayangnya, Michael Shannon sepertinya kurang berhasil menunjukkan sosok villain yang menakutkan. Hormat saya setinggi-tingginya kepada orang-orang dibalik Man of Steel yang mampu membuat saya standing applause di bioskop.



No comments:

Post a Comment