February 16, 2013

[Review] Kumpulan Cerpen : Rectoverso


Judul : Rectoverso
Penulis : Dewi Lestari
Terbit : (Cover Baru) Februari 2013
Tebal : 143 Halaman
Penerbit : Goodfaith Production

Saya termasuk sebagian kecil orang-orang yang terlambat mengenal karya-karya Dewi Lestari. Pertama kali saya mengikuti karyanya ketika tahun lalu heboh film Perahu Kertas. Waktu itu saya juga belum membaca novel-nya karena dipikir-pikir untuk menonton film-nya terlebih dahulu. Bahkan setelah menonton film Perahu Kertas 1 dan 2, pendapat saya pribadi yang belum membaca novelnya film tersebut tidak jelek namun juga tidak begitu awesome. Namun pendapat teman-teman saya yang sudah membaca novelnya terlebih dahulu sebelum menonton filmnya sangat jauh diluar ekspetasi. "Lebih bagus novelnya!" kata temen-temen saya.

Januari lalu, salah satu fakultas di kampus saya (UNS) mengadakan workshop tentang film Rectoverso. Yakni dengan menghadirkan tiga orang dari lima sutradara yang membuat film rectoverso yaitu Marcella Zalianty, Olga Lydia, dan Rachel Maryam. Setelah mengobrol dan sesi tanya jawab panjang lebar akhirnya saya begitu tertarik dan antusias terhadap film ini. Belajar dari Perahu Kertas, saya mencoba untuk membaca  cerpennya terlebih dahulu.

Rectoverso berisi 11 cerita pendek dengan masing-masing cerita pendek dibekali dengan lirik lagu. Jadi Rectoverso merupakan karya hibrida antara visual dan audio. Unik memang, karena saya baru pertama kali merasakan karya hibrida seperti ini. Mungkin sedikit bingung kenapa judulnya Rectoverso. Well, setelah kalian membeli kumpulan cerpen ini sebelum memasuki cerita pendek pertama pembaca akan menemukan jawabannya di pengantar dengan judul "Kisah Makhluk Hibrida Bernama Rectoverso". Cerita-cerita pendek dalam Rectoverso mempunyai judul yang simpel: Curhat Buat Sahabat, Malaikat Juga Tahu, Selamat Ulang Tahun, Aku Ada, Hanya Isyarat, Peluk, Grow a Day Older, Cicak di Dinding, Firasat, Tidur, dan Back to Heaven's Light. Sebagai catatan, Grow a Day Older dan Back to Heaven's Light dikemas dalam bahasa Inggris.

Ketika saya mulai membaca cerpen pertama saya langsung menyadari bahwa ini cerita pendek yang ringan dan sangat menghibur. Alur ceritanya sederhana. Dialog-dialog dalam cerita ini juga sangat mudah dinikmati. Jujur, saya membacanya tanpa mendengarkan lagu-lagunyanya dikarenakan dijual terpisah dengan CD lagunya. Namun ini saja sudah lebih dari cukup bagi saya. Begitupun juga dengan cerita pendek berikutnya. Gaya bahasa yang diberikan Dewi Lestari sangat jelas, tidak bertele-tele, namun mempunyai makna yang dalam. Saking saya terhanyut akan ceritanya dan disertai beberapa halaman ilustrasi yang membuat akhir cerita semakin cantik, dalam hitungan jam saja saya sudah sampai di judul cerita pendek yang terakhir. Saya tersenyum puas sembari menutup halaman terakhir kumpulan cerpen ini dan berbicara dalam hati untuk wajib menonton filmnya.

No comments:

Post a Comment