February 09, 2013

[Review] A Good Day to Die Hard


Director : John Moore
Starring : Bruce Willis, Jai Courtney, Sebastian Koch

"I'm on fucking vacation!" - John McClane

Jujur, saya mulai mengikuti franchise Die Hard ketika dapat kabar kalo Die Hard ke-5 bakal tayang di bioskop Indonesia sekitar Februari 2013. Dari situ saya mulai marathon menonton film Die Hard dari awal. Film Die Hard sebelumnya memang penuh dengan adegan hampir-mati-nya John McClane. Bahkan Die Hard yang ke-4 atau lebih tepatnya dengan judul Live Free or Die Hard yang tayang 2007 silam sempat tidak bisa memberikan waktu untuk bernafas bagi saya. Setiap adegan aksi yang kelihatannya selesai langsung ditambahi adegan aksi baru yang lebih memacu adrenalin.

Berpatokan dari film sebelumnya saya berekspetasi lebih pada film ini. Apalagi sang sineas memberikan waktu tayang di U.S tanggal 14 Februari yang bertepatan dengan Valentine Day. Usut punya usut, film bertemakan komedi romantis yang ditayangkan mendekati Valentine Day dirasa sudah terlalu biasa dan film A Good Day to Die Hard ini ditujukan kepada para laki-laki yang sudah bosan menonton film sebangsa komedi romantis untuk merayakan Valentine Day. Tetapi entah gak tahu kenapa di bioskop-bioskop Indonesia sudah tayang tanggal 6 Februari.

Masih mengusung tema yang sama. Seorang John McClane (pria yang sulit untuk mati) berencana menemui putra-nya, Jack McClane yang berada di Moscow. Sesampai di Moscow dan tanpa diberi waktu beristirahat di hotel John McClane terlibat baku tembak di pengadilan tempat anak-nya akan memberikan saksi. Di tengah hiruk pikuk orang-orang yang berlari John McClane bertemu anaknya. Tak memperdulikan ayahnya yang ingin segera bicara, John McClane kabur menggunakan mobil karena dikejar-kejar oleh teroris penyebab baku tembak di pengadilan tadi. Dengan adegan kejar-kejaran mobil dan sempat memporakporandakan jalanan Moscow akhirnya John McClane bisa menghentikan teroris tadi karena ingin segera bertemu dengan anaknya. Namun tidak berhenti sampai disitu, setelah bertemu anaknya dan mendapatkankejelasan mengapa Jack McClane bisa terlibat dalam kasus penembakan, tentu saja dengan naluri seorang ayah John McClane tidak segan-segan membantu menyelesaikan misi yang ditanggung anak-nya.

Untuk opening A Good Day to Die Hard memang cukup menjelaskan asal usul pejahat yang akan dihadapi McClane family ditambah scoring yang pas dan membangkitkan rasa semangat untuk menontonnya. Beberapa adegan aksi yang terlihat umum memang sering ditampilkan, tidak ada bumbu special atau penyedap yang baru dalam film ini. Sepanjang film hanya memberikan adegan tembak menembak yang sama berulang-ulang. Tentu saja, film manapun yang tidak memberikan dialog humor akan sedikit menyebabkan kekantukan dan di film ini beberapa dialog humor yang keluar dari mulut seorang John McClane sanggup menghibur penonton. Beberapa karakter memainkan perannya dengan meyakinkan, namun saya tidak bisa mencari chemistry yang kuat antara Jack dan John McClane. Untuk jalan ceritanya sendiri juga cukup ringan daripada film Die Hard yang sebelumnya dengan adegan twist yang sempet bikin shock. Over all, saya pribadi lebih menyukai franchise Die Hard yang sebelumnya. Entah performa Bruce Willis yang semakin uzur atau penulis skrip yang kurang kuat, namun gosipnya Bruce Willis masih mau membintangi franchise Die Hard berikutnya. Hmmm, semua juga berharap akanlebih baik daripada ini.


No comments:

Post a Comment