Setiap hari adalah hari Ibu. Begitulah yang selalu terucap ketika hari Ibu tanggal 22 Desember. Pertanyaannya adalah apakah di setiap hari itu kamu sudah bersikap layaknya hari Ibu? Mungkin hanya sedikit yang melakukan hal serupa. Tak ada salahnya bukan di hari spesial ini kamu menyempatkan waktu sebentar saja bersama Ibu. Saya tak akan bertele-tele dengan kata-kata klise mengenai hari Ibu. Yang jelas dari sekian banyak kegiatan yang bisa dilakukan, mungkin nonton film merupakan pilihan yang tepat. Karena selain bisa dinikmati bersama sebagai media hiburan, pesan-pesan dalam sebuah film juga kadang mengajarkan banyak hal. Di postingan kali ini saya mencoba menawarkan beberapa film yang berkisah tentang Ibu. Karena keterbatasan saya, tak semua bisa saya tampilkan. Adapun film yang menurutmu cocok dengan tema Ibu (selain yang saya tampilkan disini) bisa di-share di comment box. :)
Honorable Mentions: Mrs. Miniver (1942), The Way Home (2002), Anywhere but Here (1999)
7. The Piano (1993)
Semenjak suaminya meninggal, Ada tak pernah mau berbicara dengan siapapun bahkan kepada putrinya sendiri, Flora. Malahan Flora-lah yang menjadi jembatan komunikasi antara Ada dengan orang lain. Tragedi yang menimpa suaminya membuat Ada menjadi pribadi yang kelam sehingga seringkali mengungkapkan perasaanya melalui piano. Kisah pun berlanjut ketika Ada menikah lagi dengan seorang pria bernama Alistair Stewart. Sebuah film bersetting 1800-an membuat The Piano menjadi sebuah film drama yang mempunyai ciri khas sendiri. Peran apik dari sosok Ada dan Flora mampu menghidupkan cerita dan chemistry keduanya terasa kuat. The Piano mampu menyadarkan saya bahwa film berkualitas tak harus selalu rumit.
6. Brave (2012)
Bagaimana jika tiba-tiba seorang Ratu Kerajaan berubah menjadi seekor beruang? Begitulah yang terjadi ketika Merida, Putri Kerajaan menolak untuk melanjutkan tradisi turun temurun kerajaannya. Sebelum sempat menjadi beruang, sang Ratu sempat berdebat dengan Merida sehingga rasa penyesalan pun semakin tinggi. Untuk itulah Merida harus berjuang mengembalikan ibunya ke wujud semula. Premis yang disajikan sebenarnya cukup sederhana dan klise tapi Pixar membalutnya dengan grafis animasi yang luar biasa indah. Apalagi dengan humor yang menyentil, kisah petualangan yang seru, serta drama yang memikat membuat penonton yang pernah mengalami masa-masa remaja labil dengan mudahnya jatuh hati kepada Brave.
5. Emak Ingin Naik Haji (2009)
Sebuah keluarga yang tak lagi utuh terdiri dari Emak dan putranya, Zein. Seperti yang tertulis pada judulnya, sang Emak ingin sekali naik haji tapi apa daya kesehariannya Zein mencari nafkah hanya dengan berjualan lukisan. Butuh waktu yang cukup lama agar Zein bisa mewujudkan impian sang Emak. Tentu saja sebagai seorang anak, Zein tidak akan menyerah demi memberangkatkan Emaknya ke tanah suci. Film drama Indonesia yang cukup meyakinkan, tidak terkesan berlebihan dan dibuat-buat. Selain itu, film ini juga menyajikan sisi religiusitasnya. Beberapa adegan terasa klise sekali, tapi untung saja tak merusak jalinan kisah yang dibangun. Durasi yang terbilang singkat membuat film ini terasa padat dan tak membosankan.
4. Stepmom (1998)
Tak selamanya ibu tiri terkesan jahat. Isabel contohnya. Dikisahkan pasca cerai dari istrinya, Luke Harrison menjalin hubungan lagi dengan Isabel. Padahal sebelumnya dengan Jackie, sudah dikaruniai dua orang anak, Anna dan Ben. Ketika sedang bersama Isabel, kedua anak Harrison itu begitu nakal dan tak mau menuruti perkataan Isabel. Hal tersebut tentu menguji kesabaran bagi seorang Isabel, sekaligus calon ibu yang baru. Film ini memberikan sudut pandang yang baru tentang perjuangan seorang Ibu. Didukung pula dengan kualitas para pemerannya yang begitu apik membuatnya saling melengkapi di antara kekurangannya. Meskipun jalan ceritanya tak sampai tahap mengharukan, Stepmom memang layak untuk disimak.
3. Changeling (2008)
Kehilangan tentu sebuah hal yang paling menyakitkan. Apalagi itu menyangkut seorang anak semata wayang dari seorang janda bernama Mrs. Collins. Suatu pagi, Mrs. Collins berangkat kerja seperti biasa dan meninggalkan putranya, Walter sendirian dirumah. Sang Ibu berjanji kepada anaknya bahwa dia tidak akan pulang larut dan akan mengajaknya berjalan-jalan. Sepulang kerja, Mrs. Collins tidak mendapati anaknya di rumah. Dibandingkan yang lain, film ini tidak hanya sekedar drama yang menyentuh tapi juga lebih dominan ke unsur misterinya. Sepanjang alur rasa penasaran akan sosok Walter terus menggentayangi pikiran penonton. Hingga akhirnya ditutup dengan ending cerdas nan mengejutkan.
2. A Long Visit (2010)
Seorang perempuan bernama Jisuk tak tahan melihat pertengkaran kedua orang tuanya terus menerus. Jisuk berniat untuk melanjutkan studinya di Seoul agar jauh dari orang tuanya. Setiba di Seoul, Jisuk jatuh cinta dengan seorang pria dan membangun rumah tangga. Selang waktu berlalu, Jisuk melakukan kunjungan mendadak di rumah ibunya. Pada awalnya sang ibu tak mengira bahwa sebenarnya Jisuk kembali karena ada alasan tertentu. Bagi penonton yang terbiasa dengan film drama korea, A Long Visit tak menyajikan sesuatu yang baru. Hanya saja yang membuat A Long Visit jauh dari kesan murahan, film ini disajikan apa adanya. Pendalaman karakternya yang kuat dan alur kisah yang menarik, membuat penonton tak sabar menanti akhirnya.
1. Wedding Dress (2010)
Pasca kematian suaminya, Seo Go Eun yang berprofesi sebagai perancang busana pengantin menghabiskan kesehariannya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja hingga dia melalaikan tugasnya sebagai seorang ibu. Hal itu membuat anaknya, So Ra menjadi penyendiri dan semakin jauh dengan ibunya. Hingga sebuah kenyataan pahit itu datang ketika dokter memvonis Seo Go Eun terkena kanker dan hidupnya tidak akan lama lagi. Mengetahui kenyataan itu, Seo Go Eun berniat menghabiskan waktu-waktu terakhirnya bersama So Ra. Saya pribadi tak pernah cengeng jika menyaksikan film drama. Sekalipun itu film korea. Tapi Wedding Dress ini sukses berat membuat saya menitikkan air mata. Emosi yang terjalin antara So Ra dan Seo Go Eun terasa nyata. Ditambah akting So Ra yang sungguh masterpiece, saya seakan kembali merasakan menjadi bocah ingusan yang selalu merepotkan orang tua. Film drama yang luar biasa menyentuh, dan dengan segala pesan yang ingin disampaikan membuat film ini berbekas di benak saya.
No comments:
Post a Comment