Suatu liburan saya beserta keluarga mempunyai kesempatan untuk menikmatinya. Saya dan keluarga bertempat tinggal di Sukoharjo maka kami memilih untuk bepergian ke kebun teh Desa Kemuning. Perjalanan hanya berkisar satu jam dari Solo tapi setelah sampai di tempatnya semua terbayarkan. Pemandangan yang indah, udara yang sejuk, dan tidak akan cukup untuk mengutarakan semuanya disini. Tujuan utama kami untuk makan siang adalah Ndoro Donker. Sekilas untuk Ndoro Donker adalah Rumah Teh yang berdiri di tengah perkebunan teh yang asri. Didesain dengan gaya Belanda, tempat ini terbagi dua area untuk menikmati hidangan yaitu area outdoor dan indoor. Kami tentu saja memilih area outdoor karena sekaligus bisa makan sambil menikmati pemandangan kebun teh. Saya termasuk tipe orang yang cepat lapar, tanpa basa-basi saya langsung memesan beberapa makanan.
Tampilan Menu
Kentang Ongloc Donker. Kentang yang dipotong kecil kemudian disiram bumbu kuning dan ditaburi parutan keju. Saya tidak begitu tahu bumbu kuning ini terbuat dari apa yang bisa saya rasakan adalah bau-nya yang begitu menggoda untuk segera disantap. Namun apa yang ada di lidah saya ketika merasakannya, terasa kentang dan keju bukanlah jodoh yang cocok. Rasanya tidak jauh beda dengan kentang biasa pada umumnya malah lebih terasa eneg.
Ketela Lumur Madu. Ketika saya merasakannya saya langsung ketagihan untuk mencomot lagi. Saya pikir ketela yang dilumuri madu dan ditaburi wijen ini tidak begitu cocok seperti kentang ongloc donker tadi namun ternyata bisa menjadi kombinasi yang luar biasa lezatnya. Manis-nya begitu pas dan jika saya tidak ingat bahwa hidangan utama belum datang mungkin saya bisa menghabiskan dua piring.
Pisang Panggang. Saya tersenyum melihat pisang panggang ini, bukan apa-apa karena tampilannya tidak jauh beda dengan pisang owol Shi Jack. Begitupun juga rasanya, hanya saja disini pembuatannya lebih serius.
Ubi Jalak Tuwo. Mungkin yang membedakan dengan gorengan di pinggir jalan adalah disertakannya saus sambal. Ada cita rasa yang sedikit nikmat ketika dipadukan dengan saus sambal tersebut, untuk selebihnya tidak jauh beda dengan ubi-ubi yang dijual di pinggir jalan.
Iga Bakar. Wohoooo, makanan utama sudah tiba. Perut saya yang sebelumnya sudah terisi berbagai cemilan-cemilan tadi mendadak kosong lagi melihat Iga Bakar ini. Dari tampilan luar begitu menarik untuk segera dimakan. Nasi-nya ditata cantik dengan bentuk hati dan ditaburi bawang goreng. Tidak menyesal mengeluarkan Rp. 30.000,- untuk iga bakar ini. Dagingnya mudah disobek untuk dinikmati kecil-kecil, bumbu kacangnya juga terasa banget. Sambal-nya yang tidak begitu pedas merupakan pasangan yang cocok bagi iga bakar ini. Mungkin hanya satu keluhan klasik saya, nasinya kurang banyak :p
Teh Hijau. Kami memesan teko teh banyak sekali, takut jika kurang. Aroma-nya tidak begitu terasa. Ketika saya menyeduh-nya ada sedikit rasa kopi di dalamnya. Namun cukup untuk melegakan tenggorokan.
Oiya, ketika selesai menikmati hidangan di Ndoro Dongker jangan langsung pulang, ambillah kesempatan untuk berfoto-foto di perkebunan teh-nya. Sungguh rumah makan yang sangat strategis.
No comments:
Post a Comment