January 08, 2014

[Review] The Secret Life of Walter Mitty (2013)


"To see the world, things dangerous to come to, to see behind walls, draw closer,
to find each other, and to feel. That is the purpose of life." - Walter Mitty

Berkhayal mungkin adalah pekerjaan yang paling menyenangkan bagi banyak orang. Di dalam khayalan, setiap orang bebas mempunyai atau melakukan hal-hal di luar yang bisa terjadi dunia nyata. Ekspresi yang tak terbatas sangat mungkin berada dalam dunia khayalan. Setidaknya itulah karakter seorang Walter Mitty. Diadaptasi dari cerita pendek berjudul sama yang dipublikasikan pada tahun 1939 oleh James Thurber ─seorang kartunis, penulis, dan jurnalis sebuah majalah terkenal waktu itu. Tak usah khawatir melihat tahun 1939-nya (walaupun saya sendiri juga belom membaca cerita pendek aslinya), ditangan sutradara yang juga sekaligus menjadi pemeran utamanya, Ben Stiller (Night at The Museum dwilogy, Tropic Thunder) merubah The Secret Life of Walter Mitty menjadi sebuah road movie yang bersetting modern dan sangat bisa dinikmati oleh penonton dari berbagai kalangan. Mungkin ini sebuah film yang ditujukan bagi pegawai kantoran dengan pekerjaan membosankannya yang ingin mencari arti hidup.

Tentu saja The Secret Life of Walter Mitty akan memperkenalkan kita kepada sosok Walter Mitty (ben Stiller) seorang tukang khayal yang bekerja sebagai negative asset manager dalam sebuah perusahaan majalah Life. Di dalam khayalannya terdapat imajinasi yang begitu luas, dimana kehidupannya jauh lebih menarik dibandingkan dunia nyata. Walter sudah bertahun-tahun bekerja di majalah Life yang bertugas menangani gambar yang digunakan sebagai penutup akhir tahun. Gambar tersebut didapat dari seorang fotografer handal yang seringkali berkeliling dunia, Sean O'Connell (Sean Penn). Sungguh sial, negative foto yang sudah dikirim oleh Sean berkurang satu. Agar bos baru majalah Life, Ted Hendricks (Adam Scott) tak memecatnya, Walter harus segera mencari Sean untuk memastikan bahwa negative-nya masih ada. Dibantu seorang rekan kerja yang ditaksirnya, Cheryl Melhoff (Kristen Wiig), Walter harus melakukan perjalanan terbesarnya.

Paruh pertama film ini bergulir saya langsung menyukainya, entah mungkin karena saya sendiri pun juga seorang tukang khayal. Khayalan seorang Walter divisualisasikan begitu menyenangkan dalam filmnya. Lewatnya, penonton diajak menyusuri imajinasi liar seorang pria malang kesepian yang sering tenggelam dalam khayalannya. Untuk ukuran sebuah road movieThe Secret Life of Walter Mitty juga bisa dibilang sukses. Selain diajak menjelajahi dunia khayalan Walter, penonton juga diajak mengunjungi beberapa negara seperti Greenland, Islandia, dan Afghanistan. Arahan sinematografi yang handal, dengan piawai menangkap sudut-sudut cantik dari pemandangan menuju sebuah gunung di Islandia bernama Eyjafjallajokull hingga pegunungan Himalaya. Narasi yang ringan, alur yang mudah dinikmati, serta ritme penceritaan yang stabil membuat The Secret Life of Walter Mitty tak lepas dari kehangatan emosionalnya. Mungkin ada bagian yang kelihatan terlalu berlebihan (maksud saya, adegan ini bukan termasuk di dunia khayalan karena ya tentu saja di dunia khayalan, berlebihan suatu hal yang wajib bukan?) yang alangkah lebih bagus jika tak ditampilkan.

Melihat ke dalam seorang Walter Mitty, ya tentu akting yang cukup bagus dengan ukuran film keluarga. Karakter yang menyenangkan untuk dilihat. Ben Stiller tahu betul bagaimana caranya untuk mampu melebur ke dalam emosi penonton sehingga sepanjang 114 menit pun tak terasa membosankan bahkan hingga credit title bergulir, penonton tak begitu saja segera melepaskan diri. Walter Mitty juga mampu memberikan sentuhan komedi yang menghibur walaupun tak terlalu meledak. Ya karena judulnya saja menggunakan nama Walter Mitty, sudah jelas karakter-karakter yang lain tidak begitu dominan disini. Karakter-karakter seperti Cheryl Melhoff yang bisa memperlihatkan sebagai seorang perempuan yang cerdas dan bisa menjadi teman bicara yang baik, karakter Ted Hendricks yang bisa memperlihatkan sebagai atasan yang brengsek, masing-masing bermain aman di porsinya tapi tak cukup sanggup mencuri perhatian saya. Well, jika kamu seorang tukang khayal seperti saya, tak butuh lama untuk menyukainya.  


3 comments:

  1. mantap reviewnya , ,
    jadi penasaran , , ,
    salam kenal . .

    ReplyDelete
  2. Nice review, jadi pengen nonton :)

    ReplyDelete