"Dulu sewaktu kecil sebab menangis karena ingin membeli mainan rumah. Sekarang sebab menangis karena tidak bisa merancang rumah." - Tweeted from April 12, 2012
Saya sekarang berusia hampir mendekati 20 tahun dan selayaknya manusia normal saya juga pernah merasakan kecil. Pliiiss deh tidak ada sejarah sampai sekarang yang menyebutkan bahwa manusia lahir langsung memakai jas dan siap kerja. Jadi aneh ya mbayanginnya -.-"
Teringat sejenak dulu waktu usia masih terbilang sangat muda, pernah menangis keras karena Ibu dan Bapak tidak mau membelikan saya mainan rumah-rumahan yang gedhe. Pikir saya waktu itu hanyalah 'saya ingin itu dan saya ingin menunjukkannya kepada teman-teman saya'. Saya tidak memikirkan untuk apa saya membeli mainan itu dan harus diapakan sesudahnya mainan yang menguras dompet begitu banyak. Sedikit memalukan memang ketika harus mengingat masa ingusan saya waktu itu.
Dan sekarang waktu sudah berjalan 15 tahun lamanya. Mainan rumah yang dulu sempat saya inginkan tetap tidak kebeli. Saya tidak tahu bagaimana nasib mainan rumah itu sekarang atau jangan-jangan sudah dubeli sama Agung Podomoro Group. Oke salah fokus.
Sekarang saya masih tetap menangis. Ya tetap menangis karena sebab masalah rumah. Kali ini beda, saya kuliah di Teknik. Teknik Sipil tepatnya dan tentu saja tidak jauh dengan rumah. Saya harus mengerti betul bagaimana cara membangun rumah, merancang, memperhitungkan, dan mem yang laen-laennya karena sedikit saja luput dari mata saya tidak hanya saya saja yang menangis. Saya harus menerima segala tanggung jawab kuliah di sini. Waktunya untuk serius memandang ke depan dan semuanya.
Beda memang jika membandingkan waktu itu.
Dulu masih belom mengerti definisi beban itu apa, sekarang beban sudah terpikul untuk dipenuhi. Ya seorang pria tidak pernah lepas dari beban. Sudah saatnya menuju pendewasaan yang diibaratkan sebuah rumah. "Jika pondasi kuat, rumah akan tetap tegar meskipun mendapat bencana."
No comments:
Post a Comment