September 30, 2013

[Reviews] Underworld, Underworld: Evolution, Underworld: Rise of The Lycans, Underworld: Awakening

Jauh, jauh sebelum perselisihan antara Edward Cullen dengan Jacob Black hanya gara-gara merebutkan hati sosok cantik Elizabeth Swan, di Underworld sudah terjadi pertumpahan darah antar Vampir dan Werewolf. Di Underworld, Werewolf sering disebut sebagai Lycans dan juga ada spesies gabungan antara Vampir dan Lycans yang tentu saja lebih kuat dari keduanya, mereka menyebutnya Hybrid. Sosok-sosok monster di Underworld disajikan begitu kelam, tak seperti Vampir yang kelihatannya senang bersolek di Twilight, bangsa Vampir lihai menggunakan senjata dan siap mati untuk bertarung dengan musuh besarnya, Lycans. Pun dengan Lycans, tak seperti sekumpulan manusia yang senang bertelanjang dada di Twilight, bangsa Lycans terlihat sangat mengerikan disini, sosok monster haus darah yang siap mencabik-cabik siapa saja yang menghalangi. Di postingan kali ini saya akan membahas empat film dari franchise Underworld. Jadi terserah kamu, lebih memilih kubu Twilight atau kubu Underworld.

Underworld (2003)


Perang besar antar Vampir dan Lycans sudah terjadi sejak berabad-abad yang lalu dan masih berlangsung hingga saat ini. Pemimpin bangsa Lycans bernama Lucian diketahui sudah tewas karena dibunuh oleh Vampir bernama Kraven yang saat ini berkuasa. Kemudian ada Vampir wanita bernama Selene yang tengah menyelidiki beberapa Lycan yang sedang membututi seorang manusia bernama Michael Corvin. Di tengah penyelidikan, Selene menemukan fakta-fakta mengejutkan bahwa Lucian masih hidup dan ada pengkhianat di dalam bangsa Vampir. Belakangan juga diketahui bahwa Lucian mengincar Michael Corvin karena dalam darahnya mengalir sesuatu yang tak biasa. Sesuai dengan judulnya, selanjutnya Underworld akan berjalan dengan nuansa yang begitu kelam. Film pertama ini cukup berhasil untuk membangun kesan pertama. Kita dihadapkan pada pertarungan epik antar dua legenda monster, meskipun ya dibandingkan saat ini tak ada yang istimewa untuk adegan aksinya. Daya tarik Underworld terlihat pada sosok Kate Beckinsale yang sangat menyatu dengan Selene. Bagaimana sosok Vampir wanita yang tetap kelihatan anggun meskipun sering terkena cipratan darah. Hanya saja karakter yang lain tak bisa berkembang dan plot yang diusung kelihatan terburu-buru demi menyelesaikan semua permasalahan yang sudah terjadi. Ada bagian disana-sini yang cukup mengganjal dan terlihat dipaksakan, durasi yang panjang dan konflik yang meluas membuat penonton sedikit terengah-engah di pertengahan film. 

September 26, 2013

[Review] Insidious: Chapter 2 (2013)


Saya termasuk orang baru kalo berbicara mengenai film horror. Saya sering menekankan pada diri saya sendiri bahwa sebenarnya saya itu takut kalo diajak menonton film horror. Alasan saya mengiyakan ajakan itu sebenarnya terdorong dari rasa penasaran. Ya betul, penasaran saya yang teramat besar seringkali mengalahkan rasa ketakutan saya. Sepanjang tahun 2013 ini bisa dihitung film-film horror yang saya tonton, sebut itu Sinister (2012), Evil Dead (2013), dan The Conjuring (2013). Jadi Insidious: Chapter 2 bisa menambah list film horror yang saya tonton tahun 2013. Bagi saya, Insidious merupakan film horror dengan konsep unik dan ditutup dengan ending epic yang masih menyisakan tanda tanya besar, sudah cukup untuk tidak dilanjutkan sekuelnya. Insidious: Chapter 2 adalah salah satu dari sekian film Hollywood yang dibuat sekuelnya demi mengulangi kesuksesan film pertamanya, atau bahasa kasarnya untuk mengeruk keuntungan semata. Kali ini selain duduk di kursi sutradara, James Wan juga turut andil dalam penulisan naskah bersama squad film pertamanya, Leigh Whannell yang berhasil membuat cerita menarik di Insidious.

September 16, 2013

[Review] Before Midnight (2013)


Kamu pernah merasa jatuh cinta dengan film? Panggil saya lebay, saya pernah, bahkan ini kali ketiganya. Saya pernah menulis sedikit tentang Before Midnight terkait dengan dua film prekuelnya di Before Midnight Masuk Daftar Wajib Tonton. Dua film pendahulunya yang bertajuk Before Sunrise (1995) dan Before Sunset (2004) sukses membuat saya mengagung-agungkan setinggi langit. Trilogi film ini bukan film semua orang, maksud saya tidak semua orang suka dan bisa menikmatinya. Selain masalah selera, film drama romantis ini mempunyai formula yang sedikit berbeda dari kebanyakan film dengan genre serupa. Saya harus angkat topi kepada sang sineas di baliknya, Richard Linklater yang telah memperkenalkan pasangan paling romantis, Jesse dan Celine melalui trilogi Before-nya. Kali ini, pasangan di balik karakter Jesse dan Celine, yakni Ethan Hawke dan Julie Delphy turut andil dalam penulisan naskah. Wow! Tentu saja hal ini merupakan kabar gembira bagi fans yang sudah menanti selama 9 tahun sejak Before Sunset.

September 14, 2013

[Review] The Croods (2013)


Film animasi buatan salah satu studio animasi terbesar di Hollywood ini akan membawa kita menyusuri keindahan kehidupan jaman prasejarah. Kali ini tokoh utamanya bukan hewan-hewan purba yang bisa berbicara tetapi sebuah keluarga manusia gua. Bisa berbicara juga? Ya iya, namanya juga film kalo mereka gak bisa berbicara masak iya sepanjang film pake bahasa tubuh. Atau malah bahasa purba? "HO HAH HO HAH" Yakali, kasian ntar yang bikin subtitlenya. Jika sebelumnya kamu mengingat serial animasi yang bercerita tentang manusia gua melalui The Flinstones, The Croods merupakan sajian yang lebih berwarna dan menyenangkan. Dan juga faktanya, film ini merupakan film animasi terlaris tahun 2013 sementara ini mengungguli Despicable Me 2 dan Monsters University dengan perolehan pendapatan kira-kira 581 juta dollar. Dibawah naungan duo sutradara, Kirk DeMicco dan Chris Sanders (How to Train Your Dragon) melalui The Croods, DreamWorks mampu menunjukkan kepada rival besar mereka, Pixar bahwa kualitas yang mereka sajikan akan terus membaik.

September 12, 2013

[Review] Pain & Gain (2013)


Michael Bay dan Mark Wahlberg? Bukan bukan ini bukan Transformers 4. Melainkan sebuah film komedi kriminal yang berdasarkan kisah nyata. Sepertinya Bay terlalu fokus kepada proyek film alien robot katimbang film ini. Nyatanya, promosinya pun tidak begitu besar. Letak jualan utamanya mungkin juga terletak pada tiga orang bertubuh kekar dalam poster tersebut. Bahkan katanya, dengan budget sebesar 26 juta dollar, film ini termasuk film yang paling murah nomor dua garapan Bay setelah film komedi sebelumnya yang merupakan debut penyutradaraan Bay yakni Bad Boys yang hanya 19 juta dollar. Jadi jangan terlalu berharap banyak apa-apa pada film ini. Jangan mengharapkan pesan moral atau apapun meskipun menampilkan slogan 'This is A True Story'. Cukup nikmati saja filmnya dan jika kamu belom menonton film-film Bay sebelumnya selain franchise Transformers, siap-siap merasakan sensai yang beda dari seorang Bay.

September 11, 2013

[Review] Kick-Ass 2 (2013)


Tiga tahun lalu, kita mengenal Kick-Ass sebagai superhero remaja yang sok-sokan. Tak perlu digigit laba-laba atau terkena radiasi untuk menjadi superhero, Kick-Ass hanya butuh kostum dan modal nekat untuk membasmi kejahatan. Diadaptasi dari komik karya Mark Millar berjudul sama, Matthew Vaughn mampu membuat Kick-Ass mendapat respon positif dari penonton. Kalo boleh jujur saya sih sebenernya agak sebel kalo sebuah film sekuel dari pendahulunya yang sudah sukses disutradari oleh sutradara yang berbeda. Bagi saya, ciri khas yang sepertinya sudah melekat di film pertamanya sedikit berkurang. Tapi mau gimana lagi, kali ini tongkat estafet penyutradaraan dipegang oleh Jeff Wadlow yang juga didapuk sebagai penulis naskahnya. Saya sebenarnya sedikit ragu untuk menonton Kick-Ass 2 di bioskop dan memilih untuk menunggu download-nya saja setelah membaca review-review dari beberapa rekan, tetapi sungguh daya magnet di film ini yang membuat saya teguh untuk tetap menontonnya. Daya magnet? Oh ya tentu saja artis dibalik topeng Hit-Girl. ^^

September 05, 2013

[Review] Jack Reacher (2012)


Kalo melihat judul dengan menggunakan nama orang, dalam hal ini Jack Reacher tentu saja hal yang terlintas di pikiran pertama kali adalah pasti film itu akan bercerita banyak tentang Jack Reacher. Tetapi siapakah Jack Reacher? Dia adalah karakter fiksi yang menjadi tokoh utama dalam 17 novel karya penulis asal Inggris, Lee Child. Sedangkan dalam film ini, diadaptasi dari novel ke-9 yang bertajuk One Shot (2005). Saya sendiri termasuk orang baru dalam novel-novel karya Lee Child, jadi jika kamu seperti saya tidak usah mengharapkan ekspetasi apa-apa, cukup duduk diam dan nikmati saja film-nya. Yang menarik disini adalah novel-novel yang diadaptasi bergenre misteri pembunuhan. Seperti Sherlock Holmes dong? Hmm...tidak salah bila dikatakan seperti itu, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Sepanjang film ini saya lihat, misteri yang diberikan tak serumit Sherlock Holmes. Hanya saja tetap menonjolkan karakter utamanya seperti Sherlock Holmes. Yap, mungkin Jack Reacher bisa menjadi referensi tontonan ketika kamu ingin mencoba film yang sedikit berbau misteri.

September 01, 2013

[Review] Elysium (2013)


Selain sebagai sarana hiburan, sebuah film juga berfungsi sebagai media penyampai pesan. Pesan yang tertuang dalam film biasanya bermacam-macam, seringkalinya lahir dari pemikiran sutradara, baik yang ia alami sendiri ataupun pandangannya terhadap suatu subjek. Persoalan politis adalah salah satu subjek yang sering dikritisi oleh pembuat film dalam filmnya. Neil Blomkamp adalah salah satu sutradara yang memilih melontarkan statement politisnya dengan kemasan yang menghibur sehingga tidak terlalu sulit diterima oleh penonton. Empat tahun silam, Blomkamp memulai debut penyutradaraannya melalui District 9, sebuah film yang mengkritisi politik apartheid di Afrika Selatan dalam balutan science fiction. Melalui film dengan bujet yang tidak terlalu tinggi tersebut, sang sineas mampu menyampaikan kritiknya dengan efekif sekaligus memberi sebuah hiburan yang bermutu bagi penonton. Kini, Neil Blomkamp hadir kembali dengan karya terbarunya, Elysium yang juga berisi tentang persoalan politis.